Pertama, kunjungan ini menunjukkan bahwa Indonesia tetap berkomitmen untuk menjaga hubungan bilateral yang baik dengan China.Â
Sebagai negara besar dengan populasi terbanyak di ASEAN, Indonesia memiliki posisi strategis di kawasan Indo-Pasifik dan tidak ingin terjebak dalam persaingan kepentingan global-regional negara-negara besar.
Pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina telah memberikan pelajaran berharga bagi Indonesia. Indonesia tidak secara tegas menunjukkan sikap pemihakan penuh kepada AS atau China pada masa pemerintahan Jokowi.
Sikap ini sangat berbeda dengan pada masa pemerintahan Presiden Sukarno yang berpihak ke Uni Soviet dan/atau China. Sementara itu, pemerintahan Orde Baru lebih berorientasi kepada AS.
Sikap netral dan tidak terjebak pada kepentingan global memang lebih menonjol pada masa pemerintahan Jokowi. Pendekatan kepada China dalam persoalan vaksin Covid-19 dan pendekatan kepada AS dalam tata kelola keamanan regional di Indo-Pasifik, termasuk pada konflik klaim di Laut China Selatan.
Kebijakan luar negeri pemerintahan Jokowi lebih menjalankan strategi hedging ekonomi dengan China dan hedging keamanan/pertahanan dengan AS. Tanpa harus berpihak, namun tetap bisa memanfaatkan hubungan bilateral dengan AS dan dengan China tampaknya telah memberikan hasil strategis bagi Indonesia.
Pertemuan Jokowi dan Xi Jinping membahas isu regional dan global antara lain terkait dengan Indo-Pasifik. Jokowi menegaskan komitmen semua negara untuk menjaga perdamaian stabilitas dan kemakmuran kawasan. Bagi Indonesia, rivalitas antara major powers harus dikelola agar tidak menimbulkan konflik yang merugikan kawasan.
Sikap Indonesia untuk tidak memihak dalam persaingan antara Amerika Serikat (AS) dan China juga muncul pada pernyataan Jokowi ketika bertemu Presiden Xi Jinping di Beijing.Â
Jokowi menyatakan bahwa Indonesia ingin tetap menjadi negara netral dan ingin menjaga hubungan yang baik dengan kedua negara. Indonesia tidak ingin terjebak dalam persaingan antara AS dan China, termasuk konsekuensi dari kepentingan AS dalam perang Rusia-Ukraina.
Keketuaan ASEAN
Kunjungan Jokowi ke China juga dapat dilihat sebagai upaya Indonesia untuk meningkatkan peranannya di kawasan Asia Tenggara. Indonesia ingin menjadi negara yang dapat menjadi teladan bagi negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara dalam menjaga perdamaian dan stabilitas.
Kunjungan itu juga tidak dapat dilepaskan dari posisi Indonesia sebagai Ketua ASEAN di 2023. Jokowi secara langsung mengapresiasi dukungan Tiongkok untuk keketuaan Indonesia di ASEAN dan sentralitas ASEAN.Â