Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pelajaran Terbaik dari Pengalaman Indonesia Menjadi Ketua ASEAN

28 April 2023   01:29 Diperbarui: 28 April 2023   06:51 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: bi.go.id

Membicarakan prestasi Indonesia dalam hubungan internasional memang sangat perlu. Walaupun telah menjadi bagian dari sejarah, namun pengalaman dan prestasi diplomasi Indonesia sebagai ketua ASEAN dapat menjadi best lesson bagi keketuaan Indonesia pada 2023.

Presiden Joko Widodo telah menerima estafet keketuaan ASEAN dari Kamboja untuk menjadi Ketua ASEAN di tahun 2023 pada 13 November 2022 lalu. Tema ASEAN pada tahun 2023 ini adalah “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth." Melalui tema itu, Indonesia ingin menjadikan ASEAN tetap penting dan relevan bagi masyarakat ASEAN dan dunia.

Apalagi Indonesia memegang posisi sebagai ketua pada beberapa organisasi internasional dalam waktu yang hampir bersamaan. Setelah menjadi ketua G20 pada 2022 lalu, pada 2023 Indonesia mendapat giliran sebagai ketua ASEAN. 

Pada tahun ini juga, Indonesia menjadi ketua bagi forum negara-negara berkekuatan menengah (middle power) atau MIKTA. Forum ini terdiri dari Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia.

Pada beberapa organisasi internasional, posisi ketua bukanlah posisi yang diperebutkan atau bagian dari kontestasi. Seperti di G20 dan ASEAN, sebuah negara menjadi ketua secara bergilir. Jika pada 2022 lalu menjadi ketua G20, giliran berikutnya bagi Indonesia adalah pada 2042.

Sementara itu, menjadi ketua ASEAN juga bukan sesuatu yang baru bagi Indonesia. Keketuaan Indonesia pada 2023 ini adalah keempat kalinya. Sebelumnya, Indonesia menjabat Ketua ASEAN sebanyak tiga kali, yaitu pada tahun 1976, 2003 dan 2011.

Sumber gambar: bi.go.id
Sumber gambar: bi.go.id

Prestasi

Meskipun kesepakatan KTT ASEAN bersifat kolektif, namun peran ketua sebagai pemimpin (leader) dan penyelenggara (chair) sangat penting. Ketua ASEAN, yaitu pemimpin negara, harus memiliki kemampuan memimpin dan membuat terobosan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan regional. 

Pengalaman Indonesia sebagai Ketua ASEAN pada 1976, 2003, dan 2011 dapat menjadi pelajaran terbaik bagi keketuaan di 2023. Pengalaman itu khususnya berkaitan dengan prestasi atau capaian Indonesia pada tiga KTT itu.

KTT ke-1 ASEAN berhasil menyepakati pembentukan sekretariat ASEAN yang berpusat di Jakarta. ASEAN Secretariat dipimpin oleh Sekretaris Jendral (Sekjen). Sekjen pertama ASEAN adalah putra Indonesia bernama H.R. Dharsono. KTT itu diselenggarakan pada 23-24 Februari 1976 di Bali.

Selanjutnya, KTT ke-9 ASEAN dilaksanakan 7-8 Oktober 2003 di Bali. KTT tersebut menyetujui usulan Indonesia mengenai pembentukan Komunitas ASEAN (ASEAN Community) yang mencakup 3 pilar, yaitu ekonomi, sosial-budaya serta keamanan.

Pada KTT 2011, Indonesia telah menginisiasi pembahasan peran ASEAN setelah terbentuknya Masyarakat ASEAN 2015 melalui Bali Concord III: ASEAN Community in the Global Community of Nations. 

Pada KTT itu, ASEAN menyusun Rencana Aksi Bali Concord III (2012 – 2022) yang menjadi dasar bagi ASEAN untuk meningkatkan perannya di tingkat global.

Selain itu, KTT ke-18 ASEAN yang dilaksanakan pada tanggal 4-8 Mei 2011 di Jakarta. Dan KTT ASEAN Ke-19 yang dilaksanakan pada 17-19 Nopember 2011 di Bali. 

Pertemuan puncak itu menghasilkan kesepakatan tentang kawasan bebas sejata nuklir di Asia Tenggara atau yang dikenal dengan Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ).

Keketuaan Indonesia di ASEAN 2023 memang tidak lepas dari posisi Indonesia di berbagai forum internasional seperti G-20 2022 dan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) 2022. Dengan modalitas diplomasi itu, sinergi prioritas menjadi sangat relevan untuk mewujudkan kepentingan Indonesia di KTT ASEAN, APEC dan G-20.

Tantangan
Keterlibatan aktif Indonesia di forum-forum itu adalah untuk mendukung upaya pemerintah dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Fokus partisipasi itu berkaitan dengan tantangan besar, yaitu konsekuensi ekonomi paska-Covid 19 dan perang Rusia-Ukraina.

Fokus keketuaan perlu diarahkan pada salah satu pilar, misalnya ekonomi. Berdasarkan kepentingan nasional, isu-isu yang berkembang dalam presidensi Indonesia di G20 perlu selaras dengan ASEAN. Isu pemulihan ekonomi paska-Covid dan memanfaatkan kerja sama eksternal dalam pengembangan ekonomi ASEAN menjadi tantangan di 2023 ini.

Tantangan lain adalah menegaskan posisi ASEAN dalam persaingan global antara Amerika Serikat (AS)-Rusia dan AS-China di kawasan Asia Tenggara. Perkembangan terakhir menunjukkan upaya keras diplomasi AS mengajak negara-negara anggota ASEAN bersikap seragam menolak Rusia dan mendukung Ukraina dalam perang kedua negara itu.

AS juga memprovokasi China dengan kunjungan beberapa pejabat tingginya ke Taiwan. Provokasi AS terhadap China juga dilakukan melalui hampir lima kali latihan militer AS dengan beberapa negara di Asia sejak awal 2023.

Sementara itu, klaim China di Laut China Selatan (LCS) tetap berlanjut. Begitu juga dengan provokasi kapal-kapal nelayan atau kuliner China terhadap kapal-kapal nelayan Filipina menjadi masalah mendesak bagi ASEAN.

Kenyataan itu menjadi tantangan dan, sekaligus, peluang bagi Indonesia untuk memperkuat sentralitas ASEAN. Walaupun krisis politik di Myanmar masih membayangi kohesivitas ASEAN hingga 2023, Indonesia tetap dituntut berperan strategis untuk mempertahankan sikap ASEAN yang netral. 

Indonesia juga menolak keras upaya menjadikan kawasan sebagai arena kepentingan negara-negara besar itu. Dunia sudah berubah dan negara-negara tidak bisa lagi dipaksa mendukung total kepada salah satu kekuatan besar, seperti pada masa Perang Dingin (PD). Begitu pula dengan sikap negara-negara anggota ASEAN yang tidak lagi bisa disamakan dengan pada masa PD.

Bagi Indonesia, tugas itu memang tidaklah mudah. Pengalaman dan prestasi diplomasi Indonesia di ASEAN dapat menjadi modal dasar atau pelajaran terbaik bagi inisiatif-inisiatif terobosan Indonesia demi peningkatan kerja sama regional. 

Pada galibnya, semua upaya kolektif itu diarahkan untuk menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan sesuai tema KTT 2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun