Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Sepinya Jogja di Hari Pertama Puasa

24 Maret 2023   22:29 Diperbarui: 24 Maret 2023   22:59 943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun hari ini adalah hari kedua puasa, mengulas hari pertama puasa di Yogyakarta tampaknya masih menarik. Apalagi hari pertama puasa diawali dengan hari libur sebagai cuti bersama.

Bukan sebuah kebetulan bahwa jalanan di kota Yogyakarta di hari pertama bulan puasa 2023 agak lengang. Mungkin karena memang puasa pertama. Sepinya Jokja bisa menarik, tetapi juga biasa.

Menarik karena Jokja yang sepi itu tampaknya mengagetkan. Mengusung predikat sebagai kota wisata dan pelajar, kota kecil ini selalu ramai dengan lalu-lalang orang dan kendaraan di jalanan.

Keramaian itu sudah jamak di jalan-jalan utama destinasi wisata dan di sekitaran kampus-kampus di Jokja. Berbagai perempatan, pertigaan, atau persilangan jalan dengan lampu merah (bangjo) menjadi penyumbang utama kemacetan di kota ini.

Namun begitu, kenyataan mengenai lengangnya jalanan di Yogya tidak bisa dipungkiri. Padahal mahasiswa luar kota tetap berada di kost mereka. Wisatawan domestik dan luar negeri juga tetap ada.

Sebaliknya, sepinya Jokja mungkin sudah juga biasa di bulan puasa, khususnya di hari pertama dan, bahkan, minggu pertama. Kenyataan ini dianggap sebagai sebuah siklus tahunan di awal puasa. Jalanan dan kawasan Malioboro pun sepi pengunjung. 

Di hari pertama puasa, banyak orang agaknya lebih memilih berada di rumah. Merayakan puasa di rumah tentu saja lebih aman dan nyaman. Rasa aman dan nyaman itu tentu saja ada sebabnya. 

Walau banyak penyebabnya, ulasan ini hanya menjangkau tiga penyebab saja. Puasa pertama menjadi hari libur tentu saja bisa menjadi penyebab pertama. Karena libur, maka banyak kendaraan seolah absen di jalanan. 

Sejak pagi hingga sore, dari jalan Kaliurang yang membelah kompleks kampus Bulaksumur menuju jalan Magelang, lalu belok kanan memasuki jalan lingkar Utara memang sepi.

Dapat diduga bahwa orang kantoran lebih memilih di rumah saja karena memang libur:) Seorang dosen, misalnya, yang memiliki jadwal mengajar mingguan saja bisa memilih di rumah, apalagi pas hari libur. Walau kampus sudah ramai, kuliah ber-zoom dari rumah masih tetap dimungkinkan dan menjadi alternatif terakhir.

Faktor kedua menjadi kelanjutan hari libur itu. Sebagian besar orang yang berpuasa lebih memilih berada di rumah agar merasa aman dan nyaman. Hari pertama puasa berada di rumah bisa merasakan kebersamaan dengan keluarga dapat memberikan rasa nyaman.

Berada di rumah bersama anggota keluarga apalagi pada saat puasa menjadi pilihan bagus. Saling menguatkan dan memberi motivasi menjadi penting di hari pertama puasa. Berada di rumah bersama bisa mengurangi potensi gangguan, sehingga puasa ditunaikan dengan lancar.

Selanjutnya adalah cuaca panas di kota Yogyakarta. Sudah hampir satu minggu ini kota budaya ini memiliki hari-hari dua musim. Satu hari bisa panas dan, sekaligus, hujan. Cuaca tidak menentu ini membuat berada di rumah menjadi pilihan terbaik agar aman dan nyaman berpuasa.

Kita tentu ingat bahwa beberapa hari lalu Gunung Merapi mengeluarkan abu. Beberapa daerah di sebelah Barat terkena abu itu. Akibatnya, suasana agak gelap dan panas. Sebelumnya, beberapa wilayah di Jokja mengalami listrik mati, panas, dan gempa.

Cuaca panas dan tidak menentu itu membuat berada di rumah dapat memudahkan badan menyesuaikan diri di awal puasa. Berhasilnya puasa di hari pertama tentu saja dapat memotivasi puasa di hari-hari berikutnya di bulan Ramadhan ini.

Ketiga penyebab itu sifatnya subyektif dan relatif, sehingga tidak bisa dipakai sebagai acuan umum. Sepinya kota Jokja di hari pertama bisa juga berbeda, walau bisa dikatakan sebagai siklus tahunan. 

Yang namanya rasa itu bersifat personal. Lain orang, beda pengalamannya. Justru perbedaan pengalaman itu bisa menjadi memperkaya nuansa hari pertama puasa di tahun 2023.

Selain itu, pengalaman seseorang bisa juga sama dengan yang lain. Ketika beberapa orang merasakan hal yang sama, maka persamaan itu hanya kebetulan saja. Kebetulan itu bisa memiliki sifat unik atau khusus yang tidak selalu bisa digeneralisir.

Melalui pengalaman ini, sepinya Jokja di hari pertama puasa bisa jadi memang biasa dan, sekaligus, tetap menarik. Setidaknya, itu menarik ditulis. Apakah kota-kota lain juga mengalami suasana lengang di hari pertama puasa? Selamat menunaikan ibadah puasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun