Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kelana Angan di Kompasianival 2022

3 Desember 2022   18:34 Diperbarui: 3 Desember 2022   19:03 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bergegas mas Dab berangkat ke Stasiun Tugu Yogyakarta. Cukup menunggu 30 menit sambil memijat badan di peron stasiun. Setelah itu, dia beringsut mengangkat kakinya merengkuh gerbong kereta Taksaka menuju Jakarta. Habis sudah tiket di kereta lain gegara weekend, tinggal tersisa yang di tangan.

Mas Dab sendirian berangkat tanpa kawan. Toh di Kompasianival akan bertemu kawan Kompasianer lainnya. Kawan... ah... kata yang terlalu manis. Bukannya selama ini belum pernah ketemu langsung dengan para kawan Kompasianer? Tak sempat membayangkan bagaimana berkenalan di Kompasianival.

Langsung dihempaskan badan kurang berisinya di kursi kereta ber-AC kencang. Bergidik tubuhnya menyadari rasa dingin menyergap tulang-belulangnya. Baru lima menit duduk, mas Dab dipaksa berdiri mengambil jaket di ruang atas kursinya. Demi nyaman di kereta, badannya dibalut kain tebal. Angan dan bayangan bertemu para Kompasianer hanya memotivasinya untuk tidur.

****
Di Utara Jawa, tepatnya di stasiun Tawang Semarang, mas Gondhez pun menjalani ritual tahunan Kompasianival. Baru di penghujung 2022 ini, orang Semarang yang akrab dipanggil mas nDez ini berkelana ke Jakarta. Jika tak salah, terakhir di 2010 dia ke kota paling besar itu. Itu pun hanya mampir di bandara. Tujuannya waktu itu ke Bandung.

Bagi mas nDez, perjalanan itu adalah mandat suci dari penulis. Panitia Kompasianival meminta perwakilan jikalau ada keberuntungan di panggil ke atas panggung. Tak ada kata lain kecuali mengikuti titah sang penulis. Apalagi bayangan naik panggung bisa jadi semacam struktur kesempatan bagi mas nDez untuk panjat sosial:)

Misi suci itu sebenarnya sudah dibicarakan dengan karibnya, mas Dab. Mereka berakad bersama ke Jakarta. Tapi entahlah, tiket kereta dari Yogyakarta tinggal 1 kursi saja. Jangan-jangan Kompasianer Jokja melahap semua tiket. Jadinya ya, terpaksa mereka berangkat dari kota berbeda.

Tanpa menderita kedinginan, mas nDez menikmati malam yang berujung di Stasiun Gambir. Kereta bersih ditambah berkawan bincang dengan seorang mahasiswi di sebelahnya. Entah keberanian macam apa yang dimilikinya, sehingga hatinya berbunga-bunga di sepanjang jalan itu. Perbincangan itu seolah menjadi obat sekejap dari lara hatinya putus cinta beberapa minggu lalu.

Cerita itu dikisahkan di wa ke mas Dab yang berada di kereta menuju ibukota juga. Cerita mas nDez tentunya menambah tusukan rasa dingin ke ulu hati mas Dab.  Ketimbang merana dan kedinginan, mas Dab pun terlelap dengan mulut menganga saking capek hatinya. Usahlah baginya menanggapi berita gembira mas nDez.

****
Terakhir mereka berdua menginjakkan kaki di Jakarta tepat sebelum tahun-tahun pandemi. Waktu itu mereka memilih libur Lebaran untuk mencobai kereta MRT. Sengaja memilih ber-Lebaran di Jakarta. Sepi dan serasa sendirian di kereta waktu itu. Banyak warga Jakarta sedang mudik ke Jawa. Itu kenangan mereka soal kota terbesar di Indonesia.

Tentunya Jakarta sudah ramai sekarang, apalagi ditingkahi acara-acara semarak Kompasianival 2022. Angan mas Dab membayangkan dirinya bakal berkelana di tahun-tahun terakhir Jakarta menjadi ibu dari kota-kota di Indonesia.

Tepat sebelum kereta menyentuh bangunan stasiun Gambir, mereka pun terbangun. Terkesima mata mereka. Bukannya di kereta. Saling senggol badan menyebabkan kelana mereka ke Jakarta tinggal angan semata.

Lepas sudah bayangan mas Dab dan mas nDez bertemu para Kompasianer lewat jalur luring. Eksotisme acara-acara Kompasianival dan celoteh riuh para Kompasianer langsung menjauh. Keinginan bertemu para tokoh publik pun pudar. Pansos sirna sudah. Mereka pun me-lap percikan air liur di muka masing-masing sembari berlomba mengabari penulis lewat wa.

*****
Melalui tulisan ini, saya menyampaikan terimakasih dari lubuk hati terdalam telah dijadikan salah satu nominator di Best Teacher. Nominasi ini sungguh saya tidak duga. Membayangkan saja tidak berani. Penyebab utamanya adalah frekuensi penulisan yang makin menurun. Beberapa kegiatan saya memaksa harus fokus dan mengalihkan pikiran dari menulis di Kompasiana.

Dokpri
Dokpri

Karena itu, kategori ini sangat berat dan menantang. Di satu sisi, para nominator lain sangat inspiratif dan konsisten dalam menulis. Di sisi lain, beratnya rasanya menyandang kata terbaik untuk kategori teacher.
Menjadi guru atau dosen adalah proses tanpa henti, bukan sekedar mengajar dan menginspirasi mahasiswa. Meski begitu, saya sangat menghargai bapak/ibu, mas/mbak, dan mahasiswa yang mem-vote nama saya.

Dokpri
Dokpri

Mohon maaf, saya belum bisa datang di Kompasianival 2022. Saya jadwalkan datang di Kompasianival 2023. Semoga tulisan di atas cukup menghibur di sela-sela berjibun kegiatan Kompasianival 2022. Sukses Kompasianival 2022 dan selamat bercengkerama bagi para Kompasianer yang hadir. Salam hormat:)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun