Tepat sebelum kereta menyentuh bangunan stasiun Gambir, mereka pun terbangun. Terkesima mata mereka. Bukannya di kereta. Saling senggol badan menyebabkan kelana mereka ke Jakarta tinggal angan semata.
Lepas sudah bayangan mas Dab dan mas nDez bertemu para Kompasianer lewat jalur luring. Eksotisme acara-acara Kompasianival dan celoteh riuh para Kompasianer langsung menjauh. Keinginan bertemu para tokoh publik pun pudar. Pansos sirna sudah. Mereka pun me-lap percikan air liur di muka masing-masing sembari berlomba mengabari penulis lewat wa.
*****
Melalui tulisan ini, saya menyampaikan terimakasih dari lubuk hati terdalam telah dijadikan salah satu nominator di Best Teacher. Nominasi ini sungguh saya tidak duga. Membayangkan saja tidak berani. Penyebab utamanya adalah frekuensi penulisan yang makin menurun. Beberapa kegiatan saya memaksa harus fokus dan mengalihkan pikiran dari menulis di Kompasiana.
Karena itu, kategori ini sangat berat dan menantang. Di satu sisi, para nominator lain sangat inspiratif dan konsisten dalam menulis. Di sisi lain, beratnya rasanya menyandang kata terbaik untuk kategori teacher.
Menjadi guru atau dosen adalah proses tanpa henti, bukan sekedar mengajar dan menginspirasi mahasiswa. Meski begitu, saya sangat menghargai bapak/ibu, mas/mbak, dan mahasiswa yang mem-vote nama saya.
Mohon maaf, saya belum bisa datang di Kompasianival 2022. Saya jadwalkan datang di Kompasianival 2023. Semoga tulisan di atas cukup menghibur di sela-sela berjibun kegiatan Kompasianival 2022. Sukses Kompasianival 2022 dan selamat bercengkerama bagi para Kompasianer yang hadir. Salam hormat:)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H