Bergegas mas Dab berangkat ke Stasiun Tugu Yogyakarta. Cukup menunggu 30 menit sambil memijat badan di peron stasiun. Setelah itu, dia beringsut mengangkat kakinya merengkuh gerbong kereta Taksaka menuju Jakarta. Habis sudah tiket di kereta lain gegara weekend, tinggal tersisa yang di tangan.
Mas Dab sendirian berangkat tanpa kawan. Toh di Kompasianival akan bertemu kawan Kompasianer lainnya. Kawan... ah... kata yang terlalu manis. Bukannya selama ini belum pernah ketemu langsung dengan para kawan Kompasianer? Tak sempat membayangkan bagaimana berkenalan di Kompasianival.
Langsung dihempaskan badan kurang berisinya di kursi kereta ber-AC kencang. Bergidik tubuhnya menyadari rasa dingin menyergap tulang-belulangnya. Baru lima menit duduk, mas Dab dipaksa berdiri mengambil jaket di ruang atas kursinya. Demi nyaman di kereta, badannya dibalut kain tebal. Angan dan bayangan bertemu para Kompasianer hanya memotivasinya untuk tidur.
****
Di Utara Jawa, tepatnya di stasiun Tawang Semarang, mas Gondhez pun menjalani ritual tahunan Kompasianival. Baru di penghujung 2022 ini, orang Semarang yang akrab dipanggil mas nDez ini berkelana ke Jakarta. Jika tak salah, terakhir di 2010 dia ke kota paling besar itu. Itu pun hanya mampir di bandara. Tujuannya waktu itu ke Bandung.
Bagi mas nDez, perjalanan itu adalah mandat suci dari penulis. Panitia Kompasianival meminta perwakilan jikalau ada keberuntungan di panggil ke atas panggung. Tak ada kata lain kecuali mengikuti titah sang penulis. Apalagi bayangan naik panggung bisa jadi semacam struktur kesempatan bagi mas nDez untuk panjat sosial:)
Misi suci itu sebenarnya sudah dibicarakan dengan karibnya, mas Dab. Mereka berakad bersama ke Jakarta. Tapi entahlah, tiket kereta dari Yogyakarta tinggal 1 kursi saja. Jangan-jangan Kompasianer Jokja melahap semua tiket. Jadinya ya, terpaksa mereka berangkat dari kota berbeda.
Tanpa menderita kedinginan, mas nDez menikmati malam yang berujung di Stasiun Gambir. Kereta bersih ditambah berkawan bincang dengan seorang mahasiswi di sebelahnya. Entah keberanian macam apa yang dimilikinya, sehingga hatinya berbunga-bunga di sepanjang jalan itu. Perbincangan itu seolah menjadi obat sekejap dari lara hatinya putus cinta beberapa minggu lalu.
Cerita itu dikisahkan di wa ke mas Dab yang berada di kereta menuju ibukota juga. Cerita mas nDez tentunya menambah tusukan rasa dingin ke ulu hati mas Dab. Â Ketimbang merana dan kedinginan, mas Dab pun terlelap dengan mulut menganga saking capek hatinya. Usahlah baginya menanggapi berita gembira mas nDez.
****
Terakhir mereka berdua menginjakkan kaki di Jakarta tepat sebelum tahun-tahun pandemi. Waktu itu mereka memilih libur Lebaran untuk mencobai kereta MRT. Sengaja memilih ber-Lebaran di Jakarta. Sepi dan serasa sendirian di kereta waktu itu. Banyak warga Jakarta sedang mudik ke Jawa. Itu kenangan mereka soal kota terbesar di Indonesia.
Tentunya Jakarta sudah ramai sekarang, apalagi ditingkahi acara-acara semarak Kompasianival 2022. Angan mas Dab membayangkan dirinya bakal berkelana di tahun-tahun terakhir Jakarta menjadi ibu dari kota-kota di Indonesia.