Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Pulih Bersama Pilihan

Presidensi G20 Indonesia: Momentum Diplomasi Jalan Ketiga di Tengah Persaingan Global AS-Rusia

31 Juli 2022   23:58 Diperbarui: 1 Agustus 2022   00:16 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: kibrispdr.org

Selain itu, Rusia Dikeluarkan dari keanggotaannya di berbagai organisasi internasional. AS dan sekutunya menerapkan kebijakan winners take all. Semua hal yang berbau Rusia dihilangkan. Ekspor Rusia dihambat, sehingga produk energi dan pangan negara itu tidak bisa lagi diperoleh berbagai negara dengan mudah, seperti sebelum tindakan boikot AS dan sekutunya.

Seperti di jalan pertama, Indonesia juga menolak tekanan AS agar Indonesia tidak mengundang Rusia ke berbagai perundingan G20. Sebaliknya, Indonesia menerima tekanan AS dan sekutunya agar mengundang Ukraina. Sebagai Presidensi G20 pada 2022, Indonesia berketetapan mengundang semua anggota.

Bagi Indonesia, kehadiran Rusia dan Ukraina justru memberikan peluang-peluang perdamaian. Dialog kedua negara juga dapat dimanfaatkan untuk membuka hambatan ekspor produk energi dan pangan dari kedua negara. Indonesia memandang kehadiran kedua negara yang berperang justru mendukung tema utama G20, yaitu "Recover Together Recover Together."

Jalan Ketiga
Melalui Presidensi G20, Indonesia memilih tetap memegang doktin bebas aktif dalam politik luar negeri. Berbeda dengan realisme dan neo-realisme, jalan diplomasi Indonesia pada Presidensi G20 ini cenderung berada di jalur konstruktivisme dalam studi HI.

Berdasarkan pendekatan ini, Indonesia melalui G20 memilih berkutat pada upaya-upaya multilateral untuk menyusun aturan main bersama yang bersifat terbuka dan tidak memihak atau no party left behind. Imparsialitas aturan main itu diwujudkan dengan tetap mengundang Rusia dan juga Ukraina.

Tema "Recover Together, Recover Stronger" pada awalnya memang merujuk pada upaya pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19. Namun demikian, perang Rusia-Ukraina mulai 24 Februari 2022 mendorong Indonesia memainkan peran lebih substansial pada agenda setting bagi pemulihan ekonomi global melalui Presidensi di G20.

Salah satunya adalah mencari solusi global terhadap berbagai persoalan yang muncul sebagai dampak dari perang Rusia-Ukraina. Sebagaimana diketahui bersama, perang itu menimbulkan krisis energi dan bahan pangan.

Pemerintah Indonesia memilih untuk tidak mengikuti tekanan dan desakan AS, yaitu tidak mendukung salah satu pihak yang berperang dan tidak ikut menjatuhkan sangsi atau boikot terhadap kepentingan Rusia di Indonesia.

Begitu juga dalam menjalankan Presidensi G20, Indonesia lebih memilih menggunakan forum ekonomi global itu melalui perundingan agenda pokok G20 pada 2022 ini. Tiga agenda itu adalah kesehatan yang inklusif, transformasi ekonomi digital, dan transisi energi.

Dalam rangka pilihan diplomasi itu, Presidensi Indonesia lebih berkomitmen menghadirkan semua anggota G20 dan mengundang Ukraina pada berbagai perundingan G20. Pemerintah Indonesia telah mempersiapkan diri untuk memoderasi perbedaan dan persaingan kepentingan di antara anggota G20.

Selain itu, Indonesia mendorong banyak inisiatif kerjasama multilateral sebagai solusi terhadap dampak dari pandemi Covid-19 dan perang Rusia Ukraina. Dengan tetap berkomitmen pada agenda pokok G20 itu, Indonesia menggunakan jalan diplomasi ketiga untuk menjalankan presidensinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pulih Bersama Selengkapnya
Lihat Pulih Bersama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun