Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Pulih Bersama Pilihan

Presidensi G20 Indonesia: Momentum Diplomasi Jalan Ketiga di Tengah Persaingan Global AS-Rusia

31 Juli 2022   23:58 Diperbarui: 1 Agustus 2022   00:16 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Organisasi internasional berbasis negara, seperti PBB, tidak mampu berbuat sesuatu untuk mendamaikan kedua negara dan berbagai kepentingan globalbdi sekitarnya. Begitu pula aktor organisasi non-negara international juga bersikap diam melihat perilaku negara.

Dalam pendekatan ini, hubungan internasional berada dalam situasi anarki. Situasi global anarkis itu dapat diletakkan pada dampak serangan Rusia ke Ukraina. Perang tidak sekedar  melibatkan kedua negara, namun juga mengundang kepentingan negara-negara besar lainnya.

AS dan negara-negara anggota NATO menjadi pendukung Ukraina dan penentang utama Rusia. Alih-alih berinisiatif menciptakan peluang-peluang damai, AS dan pendukungnya justru mempersenjatai Ukraina dan menutup ruang dialog dengan Rusia.

Sebaliknya, Rusia tidak menganggap upaya AS dan negara-negara pendukungnya Ukraina sebagai sinyal untuk mengurangi dan, bahkan, menghentikan serangan ke Uraina. Rusia malah memperbesar serangan militer dan tekanan ekonomi-politik kepada Ukraina.

Lebih lanjut,  provokasi Rusia itu menimbulkan respon negara-negara di sekitar Ukraina dan Rusia ingin bergabung dengan NATO dan mendapatkan dukungan militer AS.

Dalam forum-forum perundingan G20, AS berusaha keras memperluas perang Rusia-Ukraina. AS dan pendukungnya di G20 menekan negara-negara anggota lainnya agar menegaskan dukungan kepada Ukraina dan menolak keras Rusia.

AS, bahkan, melakukan berbagai upaya mengeluarkan Rusia dari G20. Target minimal AS adalah menolak kehadiran Rusia, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin di KTT G20 pada November mendatang.

Di perundingan-perundingan G20, AS menunjukkan penolakannya kepada kehadiran perwakilan Rusia. Pertemuan para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral menjadi langkah pertama AS. Lalu, pertemuan para Menteri Luar Negeri G20 di Bali menjadi upaya kedua.  

Jalan Kedua
Jalan diplomasi kedua adalah upaya negara-negara yang kebetulan juga anggota G20 memblokade Rusia di bidang ekonomi dan lain-lain yang non-politik keamanan. Sekali lagi, AS dan negara-negara pendukungnya menjadi motor utama di jalan kedua ini.

Dalam studi HI, perilaku ini biasanya merujuk pada pendekatan neo-realisme. Pendekatan ini masih berakar pada realisme, yaitu negara sebagai satu-satunya aktor internasional. Namun demikian, perilaku negara tidak terbatas di ranah politik dan pertahanan. Negara mulai menerapkan otoritas atau aturan main yang telah dibuat selama ini di bidang non-politik dan pertahanan. Oleh karena itu, pendekatan ini disebut sebagai neo-realisme.

Salah satu aturan main global itu berada di bidang ekonomi. Mengetahui bahwa diplomasi jalan pertama tidak berhasil, AS dan pendukungnya melakukan boikot ekonomi global kepada Rusia. Berbagai bisnis global di Rusia diminta keluar dari negara itu sebagai upaya menghukum negara agresor itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pulih Bersama Selengkapnya
Lihat Pulih Bersama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun