Â
Perhelatan Presidensi Indonesia di G20 melibatkan partisipasi banyak pemangku kepentingan sejak 1 Desember 2021 hingga awal November 2022.
Salah satunya adalah peran serta atau partisipasi hampir semua kementerian, khususnya Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral di Indonesia. Peran BI menjadi tulang punggung pada forum ekonomi global Group of Twenty ini bersama Kementerian Keuangan.
Kedua lembaga pemerintah itu menjadi pelaksana utama dalam agenda setting forum ekonomi itu. Tujuan utama adalah pemulihan ekonomi global dari dampak pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina. Pandemi dan perang tersebut merupakan tantangan berat yang mendorong Indonesia mengerahkan kemampuan diplomatisnya untuk mengelola perbedaan kepentingan di antara anggota-anggotanya.
Komitmen BI pada Presidensi G20 ini disampaikan oleh Gubernurnya, Perry Warjiyo. Di berbagai media, Gubernur BI mengajak seluruh anggota G20 untuk berkomitmen bekerja sama mendukung pemulihan ekonomi global melalui kebijakan ekonomi hijau. Pada saat ini, BI sedang bergerak menuju bank sentral hijau.
Sebagai sebuah forum multilateral yang terdiri dari 19 negara dan satu organisasi internasional, isu ekonomi hijau menjadikan G20 memiliki peran penting dalam menyusun aturan main mengenai ekonomi hijau bagi pemulihan ekonomi global dari dua tantangan internasional sekaligus.
Arti Penting
Ekonomi hijau dapat didefinisikan sebagai se buahgagasan ekonomi yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan, kesetaraan sosial masyarakat, dan mengurangi risiko kerusakan lingkungan. Gagasan itu telah menjadi perhatian dan telah diadaptasi oleh berbagai sektor ekonomi, seperti perbankan, infrastruktur, energi, dan lain-lain di berbagai negara pada saat ini.
Pengalaman berbagai negara menunjukkan bahwa ekonomi hijau dapat diwujudkan dalam banyak cara. Di antaranya adalah mengurangi emisi karbondioksida, pembangunan rendah karbon, transisi bahan bakar fosil, memperkuat kebijakan mitigasi perubahan iklim, dan lain sebagainya.
Dalam Presidensi Indonesia di G20 pada 2022, Presiden Joko Widodo  menjadikan ekonomi hijau sebagai salah satu arah strategis. Pemerintah Indonesia melalui Bank Indonesia telah memulai inisiatif pembiayaan hijau melalui upaya-upaya penurunan emisi karbon.
Komitmen Indonesia menjalankan transisi energi dari fosil ke energi yang lebih ramah lingkungan sebenarnya telah ditunjukkan di COP26 di Glasgow. Namun demikian, transisi itu tidak bisa diwujudkan secara mudah dan cepat mengingat kebutuhan anggaran yang besar dan kesulitan akses terhadap teknologi hijau.
Bagi Indonesia, kedua persoalan itu perlu dicarikan solusinya agar transisi energi hijau tidak membebani masyarakat. Beberapa persoalan dikhawatirkan muncul jika sebuah negara tidak segera melakukan kebijakan berorientasi ekonomi hijau.