Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Dua Cara Mudah untuk Menerbitkan Buku Sendiri

12 Juli 2022   09:17 Diperbarui: 13 Juli 2022   03:04 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kemudahan cara menerbitkan buku didasarkan pada pertimbangan bahwa kita sudah memiliki materi dalam bentuk naskah. (Ilustrasi buku: Pexels)

Frasa 'menerbitkan buku sendiri' pada topik pilihan kompasiana tentu saja sangat berbeda dengan 'menerbitkan sendiri buku'. 

Pada frasa pertama, seseorang menulis naskah sebuah buku dan, selanjutnya, menyerahkan naskah itu kepada sebuah perusahaan penerbitan atau penerbit. 

Sedangkan frasa kedua berarti bahwa seseorang menulis naskah buku dan, sekaligus menerbitkannya sendiri.

Bahasan di alinea pertama perlu saya tuliskan agar ada kejelasan sebelum tulisan ini berlanjut lebih mendalam. Setelah jelas, tulisan ini lebih berfokus pada frasa pertama sesuai topik pilihan Kompasiana. 

Dengan frasa pertama itu, maka masih ada pihak lain di luar penulis yang ikut berperan penting menerbitkan buku sendiri. Tanpa pihak lain itu, khususnya penerbit, maka penulis hanya memiliki naskah buku saja.

Dengan cara berpikir itu, menerbitkan buku sendiri ternyata sangat mudah. Dibandingkan frasa kedua yang harus memiliki ketrampilan tertentu (misalnya membuat cover depan), menerbitkan buku sendiri membuat penulis bisa berkonsentrasi pada persiapan naskah atau materi buku semata

Atau dengan kata lain, kemudahan cara menerbitkan buku sendiri ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kita sudah memiliki materi dalam bentuk naskah buku. 

Naskah buku itu dapat juga meliputi halaman dalam, halaman belakang, kata pengantar, daftar isi, dan seterusnya. Penerbit biasanya memiliki template atau contoh setting yang bisa dipakai penulis untuk mendesain buku secara lengkap.

Dengan dasar pertimbangan itu, maka tugas seorang penulis hanya memilih cara menerbitkan naskah buku itu. 

Ada dua cara sangat mudah untuk menerbitkan buku sendiri. Sekali lagi, ini bukan menerbitkan sendiri sebuah buku. Kedua cara di bawah ini biasanya dibedakan oleh faktor jumlah buku yang diterbitkan dan biaya penerbitan.

Oya, saya perlu sampaikan juga bahwa saya tidak memiliki penerbitan buku. Beberapa contoh yang menyebutkan nama penerbit di bawah ini hanya kebetulan saja. 

Kebetulan ini maksudnya saya memang pernah instens mempelajari ketentuan menerbitkan buku. Namun begitu, hingga sekarang saya belum kesampaian menerbitkan buku di penerbit yang menjadi contoh.

Pertama, menyerahkan naskah ke penerbit yang bisa melayani penerbitan gratis dan/atau print-on-demand. Penerbit Guepedia bisa menjadi contoh karena tawaran gratisnya dalam menerbitkan buku. Penerbit lain memberikan banyak pilihan dengan ongkos tertentu berkaitan dengan jumlah halaman maksimal dan jumlah buku yang hendak dicetak.

Penerbit biasanya menawarkan beberapa paket pilihan penerbitan buku. Dari biaya 150 ribu hingga jutaan rupiah, termasuk ISBN. 

Saya bahkan pernah menerbitkan buku dalam bentuk ebook atau pdf saja. Selebihnya, ada aturan main sesuai tawaran penerbit atau kesepakatan antara penerbit dengan penulis.

Kedua, menyerahkan naskah ke penerbitan online. Penerbitan semacam ini biasanya berbeda dengan penerbitan pada umumnya. Saya kurang tahu apakah ada konsep khusus mengenai penerbitan ini, sehingga saya memakai konsep penerbitan online. Perbedaan terletak pada kenyataan bahwa sejak kemunculan awalnya penerbit ini menggunakan sarana internet.

Selain itu, jenis penerbit ini biasanya tidak terlalu ketat dalam menerbitkan sebuah buku. Maksudnya, penerbit ini memberikan keleluasaan kepada penulis. Misalnya, memberikan pilihan menerbitkan buku dengan atau tanpa ISBN. 

Jika memerlukan ISBN, penulis biasanya diminta membayar biaya administrasi. Padahal pengajuan ISBN ke perpustakaan nasional sebenarnya gratis.

Salah satunya penerbit buku semacam ini adalah nulisbuku.com. Biaya yang dikenakan pada penerbitan buku di penerbit itu sangat murah, yaitu sebesar harga buku. 

Kalaupun lebih besar biasanya terkait dengan kewajiban penulis membeli satu buku contoh atau dummy (untuk diedit/direvisi penulis) dan buku sebenarnya. Jadi kalau harga satu eksmplar buku adalah 50 ribu rupiah, maka penulis mengeluarkan biaya 100 ribu.

Selanjutnya, penerbit itu akan memasarkan buku melalui gerai online-nya. Jika ada orang tertarik, penerbit itu akan mencetak buku fisik. 

Cara menerbitkan buku seperti ini yang dikenal dengan sebutan print-on-demand. Yang menarik adalah penerbit ini menjual buku dalam bentuk cetak (hardcopy) sesuai pesanan, bukan ebook.

Penerbitan ini mewakili perkembangan digital yang menuntut kolaborasi antara penerbit-penulis dan kenyamanan kedua pihak. Walau kedua cara di atas memiliki hasil akhir print-on-demand, namun proses awal relatif berbeda.

Dengan kemudahan cara menerbitkan buku sendiri seperti itu, penulis atau calon penulis seharusnya tidak memiliki hambatan besar lagi dalam menerbitkan buku sendiri. 

Penulis sudah memiliki banyak pilihan untuk menerbitkan buku sendiri. Banyaknya jumlah penerbit dan banyaknya cara menerbitkan buku dapat berperan pada meningkatnya jumlah buku yang diterbitkan.

Namun demikian, seperti komentar Kompasianer di tulisan saya sebelumnya, pak Merza Gamal, banyak buku tidak diterbitkan untuk umum. Buku-buku itu dicetak dalam jumlah sangat terbatas dan hanya beredar di kalangan terbatas pula.

Buku kuliah, misalnya, hanya dijual oleh penerbitnya di lapak online penerbit. Banyak dosen menerbitkan buku hanya untuk keperluan kenaikan jabatan fungsional. Akibatnya, buku-buku semacam itu memang tidak bisa ditemukan di toko-toko buku.

Menerbitkan buku sendiri memang semakin mudah dengan banyak pilihan cara. Namun demikian, semua itu kembali kepada tujuan penulis, yaitu memasarkan buku kepada khalayak ramai di berbagai toko buku dan lapak online atau hanya beredar terbatas di ruang-ruang eksklusif. 

Kedua tujuan itu tidak ada yang salah atau benar. Keduanya tetap bisa dikatakan sebagai upaya penulis menerbitkan buku sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun