Dalam posisinya sebagai Presidensi G20, Indonesia tetap memberikan prioritas pada penguatan kerjasama di bidang arsitektur kesehatan global, transformasi digital, dan transisi energi. Selain itu, Indonesia juga memasukkan situasi baru di Ukraina dalam Agenda G20, yaitu isu ketahanan pangan.
Menegaskan Kepentingan Indonesia
Penyelenggaraan FMM G20 ini tak pelak merupakan bagian penting dari penegasan kepentingan Indonesia. Bersandar pada doktrin politik luar negeri bebas aktif, Indonesia memilih menghadirkan semua anggota G20. FMM ini, bahkan juga mengundang menlu Ukraina. Tanpa berpihak pada salah satu negara yang sedang berperang (Rusia dan Ukraina) dan tanpa mengejar kepentingan negara besar (AS, Rusia, dan China), Indonesia menguatkan posisi netralnya.Â
Perang Rusia-Ukraina memang telah memberikan dampak global, termasuk Indonesia. Harga komoditas tertentu telah naik, transportasi komoditas juga terganggu akibat blokade jalur darat, laut, dan udara. Bahkan perang itu juga telah mengeluarkan aktivitas ekonomi Rusia dari sistem keuangan dan perdagangan global yang dipimpin AS.
Di tengah pusaran kepentingan berbagai negara itu, Indonesia justru memilih mengundang mereka semua. Prinsip unklusivitas atau no party leff behind menjadi kongkrit dengan kehadiran semua anggota G20 plus Ukraina.Â
Bagi pemerintahan Presiden Jokowi, rangkaian pertemuan G20 —termasuk FMM ini— menjadi pilar penting bagi multilateralisme diplomasi Indonesia. Pada masa pertama pemerintahannya, Jokowi dipandang mengalihkan orientasi diplomasi Indinesia menjadi lebih nasionalis dan bilateral.Â
Ingatan kita masih sangat jelas dengan sepak terjang Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang menangkap dan menenggelamkan kapal-kapal asing yang secara ilegal berlayar dan menangkap ikan di perairan Indonesia.
G20 menjadi tonggak penting bagi pergeseran politik luar negeri Indonesia menjadi lebih multilateral. Kerjasama dengan lebih banyak negara di satu forum global dengan tujuan membentuk aturan main bersama demi pemulihan ekonomi global.
Diplomasi Indonesia juga membuka peluang strategis bagi perdamaian Rusia-Ukraina. Netralitas Indonesia kepada kedua pihak menjadi modalitas utama untuk mendekatkan kepentingan kedua negara. Presiden Jokowi telah bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin.Â
Setelah itu, Indonesia membawa menlu Rusia dan Ukraina bertemu para menlu lain dalam kerangka kerjasama G20. Konteks G20 perlu menjadi perhatian dalam peran Indonesia mendamaikan Rusia-Ukraina. Kepentingan Indonesia berada dalam konteks posisinya sebagai Presidensi G20.Â
Terlepas dari berbagai kekurangannya, inisiatif perdamaian Jokowi bagi Rusia-Ukraina telah berjalan. Hasil dari perdamaian tentu saja masih terlalu awal untuk dicermati, namun langkah awal terlahir bergulir pada FMM G20 hari ini.