Setelah Presiden Joko Widodo bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Kiev dan Presiden Vladimir Putin di Moskow, maka pertemuan para Menteri Luar Negeri (menlu) atau Foreign Ministers' Meeting (FMM) G20 merupakan upaya strategis Indonesia mendamaikan kedua negara itu.
FMM G20 sudah digelar di Bali pada 7 Juli 2022 kemarin. Pertemuan dua hari itu mengusung tema 'Membangun dunia yang lebih damai, stabil, dan sejahtera bersama'. Mengikuti tujuan utama Presidensi Indonesia pada G20 di 2022 ini, pertemuan para menlu itu membahas upaya-upaya pemulihan ekonomi global.
Menurut Menlu Indonesia, Retno Marsudi, FMM G20 memiliki dua sesi penting. Sesi pertama membahas penguatan multilateralisme, yaitu membahas langkah bagi penguatan kolaborasi global dalam situasi geopolitik pada saat ini.Â
Selain itu, sesi ini juga mendiskusikan berbagai cara membangun rasa saling percaya antar-negara sebagai landasan penting dalqm membangun stabilitas, perdamaian, dan pembangunan dunia.
Selanjutnya, sesi kedua FMM G20 membahas krisis pangan dan energi, khususnya langkah-langkah strategis menanggulangi krisis kerawanan pangan, kekurangan pupuk, dan kenaikan harga komoditas global.
Yang menarik dari FMM G20 ini adalah kehadiran menteri luar negeri (menlu) Anthony Blinken (AS), Sergei Lavrov (Rusia), Wang Yi (China), dan Dmytro Kuleba (Ukraina). Sayangnya, menlu Inggris harus membatalkan kehadirannya karena krisis politik domestik. Sementara itu, menlu dari negara-negara lain anggota G20 dipastikan hadir, termasuk Menlu Australia.
Arti Penting
Kehadiran mereka tentu saja sangat menarik berkaitan dengan peta geopolitik pada saat ini. Perang Rusia-Ukraina telah membelah dukungan di antara negara-negara anggota G20. Persaingan kepentingan terjadi di antara AS, Rusia, dan China. AS menolak Rusia hadir di KTT G20 dan menuntut Indonesia mengundang Ukraina. Bahkan AS mendesak G20 mengeluarkan keanggotaan Rusia.Â
Sementara itu, China dan India menolak tuntutan AS mengenai Rusia. Kedua negara itu seolah membentuk poros kepentingan melawan dominasi AS di G20. Walaupun tidak dalam konteks berada dalam satu kubu dengan China dan India, posisi Indonesia tetap mengikuti prinsip Presidensi G20, yaitu mengundang semua negara anggota.
Seperti diberitakan di berbagai media online, Menlu AS akan berbicara mengenai isu perang. Kemudian menlu Rusia kemungkinan berbicara tentang kenaikan harga komoditas dan jaminan rantai pasok global yang berdampak pada negara-negara berkembang. Kehadiran para menlu itu diharapkan dapat memberikan manfaat positif bagi G20 dalam mencari alternatif kerjasama dan solusi ekonomi-sosial yang berkelanjutan.