Sementara itu, Rusia dan Ukraina tercatat sudah beberapa kali menyelenggarakan perundingan damai sebagai upaya menghentikan perang. Namun, hingga kini perundingan itu belum mengasilkan kesepakatan damai yang signifikan.
Negosiasi terakhir berlangsung di Turki pada akhir Maret lalu. Hasil pertemuan itu, di antaranya kemungkinan pertemuan antar presiden kedua negara itu, Ukraina siap berstatus netral dan non nuklir, perundingan lebih lanjut status Crimea selama 15 tahun, jaminan keamanan Ukraina, dan gagal mencapai gencatan senjata.
Kenyataan yang tidak bisa dihindarkan adalah bahwa perkembangan situasi di medan perang cenderung berbeda dengan di meja perundingan Rusia-Ukraina. Bahkan perundingan damai itu juga belum tentu menghentikan sanksi ekonomi negara-negara Barat, berbagai perusahaan multinasional, dan masyarakat internasional kepada Rusia.
Dengan situasi yang berat itu, pertemuan bilateral Presiden Jokowi dan Presiden Biden menjadi sangat strategis. Kontribusi Indonesia dalam penyelesaian damai bagi Rusia-Ukraina tampaknya menjadi sangat terbatas, yaitu sebagai presidensi G20. Dalam keterbatasan itu, Indonesia memerlukan dukungan AS.
Yang menarik adalah meski terbatas, kontribusi Indonesia melalui G20 bisa saja menjadi awal bagi perdamaian Rusia-Ukraina dan pemulihan ekonomi dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H