Sebagian orang tua masih berkeinginan anaknya bisa berkuliah di perguruan tinggi. Keinginan itu tentu saja tidak salah, apalagi jika putera atau puterinya juga berkeinginan serupa dan betul-betul mempersiapkannya.
Namun demikian, kuliah di perguruan tinggi perlu dibarengi dengan pemahaman tentang kesesuaian antara minat (dan bakat) si anak dengan jurusan yang dipilih di kampus itu.
Beberapa hari yang lalu hasil Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) telah diumumkan. Selamat bagi calon mahasiswa yang lolos seleksi jalur undangan itu.
Bagi yang belum lolos atau istilah positifnya 'masih available', PTN masih menyediakan jalur seleksi bersama atau SBMPTN dan ujian lokal tiap-tiap kampus negeri.
Bagi orang tua atau lulusan SMA yang tidak lolos masuk PTN atau lebih berminat masuk perguruan tinggi swasta (PTS), ada lebih banyak pilihan kampus.
Lalu, apa yang harus dilakukan seorang anak lulusan SMA ketika hendak mendaftar ke sebuah atau beberapa perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta? Salah satu saran paling penting adalah mempertimbangkan untuk memilih jurusan profesi.
Jurusan profesi adalah jurusan-jurusan yang memberikan profesi khusus bagi lulusannya. Dengan berkuliah di jurusan itu, calon mahasiswa biasanya sudah tahu apa yang akan dipelajari.
Sedangkan pencari kerja sudah hapal kompetensi pengetahuan dan skill yang dimiliki seorang lulusan dari profesi itu.
Contoh dari jurusan profesi itu banyak dan variatif. Lulusan dari jurusan-jurusan yang ada di fakultas teknik biasanya lebih mudah bekerja. Lulusannya disebut insinyur, walaupun gelarnya sekarang adalah sarjana teknik.
Sependek pengetahuan saya, para lulusan teknik itu sekarang harus praktek kerja dulu dan mengikuti ujian agar mendapatkan sertifikasi insinyur itu. Kondisi 5-10 tahun terakhir ini memang berbeda dengan 20-30 tahun lalu ketika saya kuliah. Waktu itu lulusan teknik bergelar Insinyur atau Ir.
Contoh lainnya adalah fakultas kedokteran. Fakultas ini tentu saja menghasilkan dokter. Hanya mahasiswa kedokteran yang tidak lulus saja yang bukan dokter.