Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Walau Mendukung Resolusi PBB, Empat Kelompok Negara Ini Berbeda Sikap kepada Rusia dan Ukraina

10 Maret 2022   13:38 Diperbarui: 10 Maret 2022   14:34 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perang Rusia-Ukraina semakin mengkonfirmasi bahwa hubungan internasional masih berada dalam tatanan Perang Dingin. Dunia kembali terbagi menjadi dua kubu, yaitu AS dan negara-negara sekutunya di satu sisi. Di sisi lain, ada kubu Rusia dan China yang bertentangan dengan AS dan sekutunya dalam memandang dan memperlakukan dunia sekarang. Apalagi perpecahan itu diwujudkan dalam bentuk resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pada sesi darurat Majelis Umum PBB pada 2 Maret 2022 itu, 141 dari 193 negara anggota memberikan suara mendukung resolusi tersebut. Resolusi yang disepakati mayoritas anggota majelis itu mendesak Rusia mengakhiri serangan ke Ukraina. Resolusi tersebut menuntut agar Rusia segera menarik pasukannya dari wilayah Ukraina.

Sebelumnya, upaya AS dan negara-negara pendukung Ukraina di Dewan Keamanan (DK) PBB telah gagal. Pada Jumat 25 April 2022, Rusia adalah satu-satunya negara yang menolak resolusi serupa di DK PBB. Karena Rusia adalah salah satu dari lima negara pemegang hak veto, maka resolusi DK PBB itu gagal.

Selanjutnya, AS membawa masalah ini ke Majelis Umum PBB. Yang menarik, tindakan DK PBB ini adalah pertama kalinya dalam 40 tahun merujuk sebuah krisis atau peraeng ke Majelis Umum dan hanya ke-11 kalinya sidang darurat majelis umum PBB telah dilakukan sejak 1950.

Yang lebih menarik lagi adalah kubu AS dan sekutunya yang telah mendukung resolusi PBB mengecam perang Rusia-Ukraina itu ternyata masih bisa dibedakan. Dari 141 negara itu, setidaknya ada empat (4) kelompok negara di antara mereka yang ternyata berbeda sikapnya terhadap Rusia dan Ukraina.

1. Kelompok AS dan Sekutunya
AS memimpin negara-negara anggota NATO dan sekutunya (seperti Australia, Korea Selatan, Jepang dan 130-an negara lainnya mengecam serangan militer Rusia, menuntut penghentian perang, dan mendukung Ukraina. Kelompok ini menjadi inisiator dan pendukung kuat resolusi PBB pada pertemuan mendadak.

Selain melalui resolusi PBB itu, AS dan negara-negara sekutunya juga memberikan sanksi ekonomi secara kolektif dan individual kepada Rusia. Akibatnya, Rusia menjadi negara yang paling banyak mendapatkan sanksi. Mereka bahkan menginstruksikan berbagai perusahaan swasta mereka untuk hengkang dari Rusia.

2. Kelompok Indonesia
Pada kelompok ini, sikap Indonesia bisa menjadi contoh menarik. Seperti 140 negara lainnya, Indonesia juga mendukung resolusi PBB. Indonesia ikut mengecam perang Rusia dan Ukraina. Bahkan Presiden Joko Widodo juga mencuitkan sikap Indonesia di akun twitter @jokowi pada 24 Februari lalu.

Sikap Indonesia terhadap perang Rusia-Ukraina itu merupakan wujud nyata dari politik luar negeri bebas dan aktif. Indonesia lebih mengacam perang dan menuntut perang segera dihentikan. Dengan sikap itu, Indonesia tidak terjebak untuk memihak Rusia  atau Ukraina. Bagi Indonesia, kedua negara itu adalah negara sahabat.

Di kelompok ini, Indonesia tentu saja tidak sendirian. Masing-masing negara memiliki dasar kebijakan sendiri yang mungkin berbeda, walau bersikap sama dengan Indonesia. Dengan sikap seperti ini, Indonesia dan negara-negara di kelompok ini tetap dianggap sebagai sahabat Rusia. Sementara itu, banyak negara di kelompok satu dianggap Rusia sebagai bukan sahabatnya.

3. Kelompok Myanmar
Kelompok ini diwakili oleh Myanmar. Di antara ke 141 negara yang menyepakati resolusi PBB itu mungkin hanya Myanmar yang pada saat bersamaan malah mendukung serangan Rusia ke Ukraina. Sikap ambivalen Myanmar itu tentu saja memiliki alasan kuat. Salah satunya adalah mendukung kedaulatan wilayah Rusia.

Selain itu, sikap Myanmar dapat dipahami sebagai balasan terhadap dukungan Rusia selama ini. Sejak kelompok militer pimpinan Jenderal Min Aung Hlaing mengudeta pemerintahan demokratis Myanmar pada 1 Februari 2021, Presiden Rusia memberikan dukungan politik bersama China. Ketika negara-negara Barat memberikan sanksi ekonomi dan membekukan aset para jenderal pimpinan Myanmar, Rusia tetap memberikan dukungan.

4. Kelompok Israel
Sikap Israel dapat menjadi salah satu contoh menarik di kelompok ini. Sebelum mendukung resolusi PBB, pernyataan Israel mengecam keras tindakan invasi Rusia ke Ukraina justru disampaikan setelah tentara Israel di wilayah Gaza menembaki penduduk Palestina.

Yang lebih menarik lagi adalah Perdana Menteri (PM) Israel Naftali Bennett bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Kremlin pada Sabtu (5/3/2022). Setelah pertemuan tidak terduga itu, PM Israel menelepon Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Padalah Israel ikut menyetujuri resolusi PBB itu.

Selain keempat kelompok negara yang sepakat dengan resolusi PBB, ada 35 negara lain memberikan suara abstain. Negara-negara itu termasuk, Tiongkok, India, Pakistan, Vietnam, Laos, Kuba dan beberapa negara lainnya. Sementara itu, 5 negara menolak resolusi PBB, yaitu Rusia sendiri dan Suriah, Korea Utara, Eritrea, serta Belarusia.

Resolusi Majelis Umum PBB itu memang tidak mengikat, namun resolusi itu memberikan pengaruh politik bagi negara-negara yang mendukung, menolak, dan abstain terhadap perang Rusia-Ukraina. Setelah resolusi itu, Rusia mengeluarkan daftar negara-negara yang tidak bersahabat. Sementara itu, AS dan negera-negara sekutunya mendorong pemberlakuan sanksi ekonomi kepada Rusia terus berlanjut bahkan hingga Rusia-Ukraina bertemu melakukan perundingan untuk ketiga kalinya.

Dengan semacam pemetaan ini, gambaran tentang negara-negara yang mendukung resolusi PBB mengenai perang Rusia dan Ukraina sangatlah bervariasi. Kalaupun ada gambaran mengenai polarisasi negara-negara, perkembangan internasional belum menunjukkan sejauh mana resolusi PBB itu mampu mengurangi atau, bahkan, mendamaikan perang di antara kedua negara itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun