Perang Rusia-Ukraina sejak 24 Februari 2022 sangat berpotensi mengganggu Presidensi Indonesia dalam G20. Seperti diketahui bersama, Presidensi Indonesia pada G20 telah secara resmi dimulai pada 1 Desember 2021.Â
Presidensi tersebut akan berlangsung selama 1 tahun hingga 30 November 2022. G20 terdiri dari 20 negara, bank sentral, dan Uni Eropa. Organisasi multilateral G20 dibentuk pada 26 September 1999. Organisasi ini berfokus pada perekonomian dan keuangan global.
Presiden Joko Widodo menyambut antusias penyelenggaraan Presidensi G20 Indonesia. Bahkan Jokowi menekankan arti penting peran itu tidak hanya bersifat seremonial. Lebih jauh, Presiden Jokowi sangat berharap bahwa presidensi itu dapat memberikan hasil nyata dan melahirkan terobosan besar untuk pemulihan ekonomi nasional dan dunia.
Penyelenggaraan event G20 diprediksi dapat memberikan berbagai manfaat ekonomi 1,5 hingga 2 kali lebih besar jika dibandingkan dengan penyelenggaraan acara Annual Meeting IMF-World Bank di Bali pada 2018.
Selain itu, penyelenggaraan event internasional itu juga diharapkan dapat menaikkan konsumsi domestik sebesar Rp1,7 triliun dan PDB domestik Rp7,43 triliun dari kunjungan para delegasi. Presidensi G20 Indonesia juga dapat menyerap lebih dari 33.000 tenaga kerja di berbagai sektor.
Yang tidak kalah penting adalah bahwa Indonesia akan mendapatkan manfaat strategis. Melalui posisi presidensi itu, Indonesia akan turut berperan besar di dalam menentukan arah kebijakan global di masa depan.
Pada 20 Februari lalu, para menteri keuangan G20 membahas kemungkinan konsekuensi dari perang di Eropa. Pada pertemuan di Jakarta itu, mereka melihat prospeknya tidak terlihat menjanjikan.Â
Apalagi dunia dihadapkan pada tantangan utama, yaitu pemulihan ekonomi setelah pandemi Covid-19. Walaupun terbentang sejauh 14.000 kilometer jauhnya dari Ukraina, serangan militer Rusia menimbulkan kekhawatiran besar.
Dampak perang
Situasi mendadak yang berkaitan dengan perang Rusia-Ukraina tidak dapat diabaikan begitu saja. Perkembangan di hari ke-10 perang itu menunjukkan dinamika yang tidak dapat diprediksi sebelumnya. Beberapa perkembangan ini secara potensial dapat mengganggu keberhasilan presidensi Indonesia di forum multilateral G20 pada 2022.