Sebagai pembelajar atau penstudi dalam studi Hubungan Internasional, fenomena atau isu apa pun memiliki potensi menjadi sebuah tulisan. Salah satu isu paling menarik pada saat ini adalah perang antara atau invasi (militer) Rusia ke Ukraina.
Perang yang telah dimulai sejak Kamis, 24 Februari lalu, memberikan banyak pelajaran penting. Pelajaran itu dapat menjadi ide atau gagasan bagi mahasiswa dan dosen untuk menulis paper dan/atau skripsi. Â
Masyarakat secara umum pun juga dapat belajar dan menuliskan pandangannya mengenai perang Rusia-Ukraina ke dalam berbagai bentuk, seperti obrolan santai di warung/kafe kopi dan secara online. Seminar atau webinar serius antara para pakar dan pembuat kebijakan juga diadakan oleh beberapa kementerian.
Media televisi juga tidak ketinggalan memberikan makna atau pandangan dengan mengundang para pakar dan duta besar, termasuk dari Rusia dan Ukraina. Begitu juga berbagai organisasi atau think tank swasta dan kampus memakai perang Rusia-Ukraina sebagai tema diskusi untuk mengangkat Nama atau brand dari lembaga-lembaga mereka.
Dengan membatasi pada paper dan skripsi mahasiswa, maka tulisan ini diharapkan menjadi lebih fokus. Hampir 90 kampus di Indonesia memiliki urusan atau program studi Hubungan. Internasional. Jika daya tampung tiap kampus sekitar 100an mahasiswa, diperkirakan ada total 9 ribuan mahasiswa belajar HI.
Dengan mengambil 10 persen, misalnya, atau 900 mahasiswa mengambil tema perang Rusia-Ukraina, maka perang tersebut ---sayangnya--- memberikan manfaat dalam memberikan ide untuk menulis paper atau skripsi.
Sebelum melangkah lebih lanjut, paper dan skripsi tentu saja berbeda. Salah satu perbedaan paling mudah adalah jumlah halaman minimal untuk kedua bentuk tulisan akademik itu. Perbedaan lain tentu saja masih ada banyak, namun jumlah halaman dapat menjadi pembeda antara paper dan skripsi.
Paper akademik setidaknya memiliki minimal 12 halaman kuarto A4 dengan 1,5 spasi, jenis huruf times new roman ber-font 12. Sedangkan jumlah minimal halaman skripsi paling tidak 40an. Tiap kampus mempunyai aturan minimal yang berbeda soal jumlah halaman ini. Di tempat saya mengajar, syarat jumlah halaman skrispi minimal 75 halaman.
Lalu, apa saja ide yang dapat dibuat menjadi topik atau judul paper atau skripsi? Untuk mendapatkan ide-ide itu dari perang Rusia dan Ukraina, maka tulisan ini memfokuskan pada lima (5) tingkat analisis. Fokus ini menjadi penting agar penstudi HI tidak mencampuradukkannya dengan pendekatan atau teori atau konsep. Yang terkahir ini akan saya ulas di tulisan berikutnya.
Dalam studi Hubungan Internasional, tingkat analisis ini memiliki banyak fungsi. Salah satu fungsi itu adalah bahwa sebuah fenomena internasional dapat memiliki banyak penyebab. Penyebab itu dapat menjelaskan mengapa dan bagaimana sebuah fenomena internasional, misalnya perang Rusia dan Ukraina terjadi.
1. Tingkat internasional
Di tingkat ini, perang Rusia dan Ukraina disebabkan oleh persaingan global antara Rusia dan Amerika Serikat (AS). Keputusan kolektif (orchestrated decision) dalam bentuk state of union yang disampaikan oleh Presiden AS Joe Biden menandai boikot internasional terhadap perilaku invasif Rusia ke Ukraina.Â
Dalam konteks itu, AS dan banyak negara lainnya tidak melancarkan serangan militer untuk membalas serangan Rusia ke Ukraina. AS dan sekutunya lebih memilih membalas dengan serangan non-militer. Struktur internasional yang didominasi oleh AS telah menyebabkan Rusia mengambil keputusan perang ketimbang diam saja.
2. Tingkat kelompok negara
Pada tingkatan ini, keputusan mengambil kebijakan luar negeri sebuah negara dapat dipengaruhi oleh perilaku kelompok negara.
Dengan konteks itu, maka analisa mengenai penyebab perang dapat dialamatkan pada perilaku negara-negara anggota NATO. Berdasarkan tingkat analisa ini, keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin lebih didasarkan pada pertimbangan bahwa perilaku NATO mengajak Ukraina menjadi anggotanya dipakai sebagai alasan utama memulai invasi ke Ukraina.
3. Tingkat negara
Selain kedua tingkat penyebab di atas, perang Rusia dan Ukraina juga dapat dijelaskan dengan menggunakan tingkat analisa (perilaku) negara, misalnya perilaku provokatif Ukraina. Bagi Rusia, keinginan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk bergabung dengan NATO dan mendapatkan bantuan militer dari NATO menjadi peringatan bagi ancaman keamanan Rusia.
4. Kelompok individu
Sementara itu, tingkat analisa ini merujuk pada sejauh mana keberadaan kelompok individu yang berpengaruh besar dalam pembuatan kebijakan, khususnya kebijakan luar negeri. Dengan menggunakan tingkat analisa ini, kita dapat menjelaskan kelompok kepentingan apa saja di Rusia mendorong Putin mengambil keputusan menyerang Ukraina pada 24 Februari 2022.Â
Analisa pada tingkat ini juga dapat menjelaskan bahwa kebijakan Rusia berperang melawan Ukraina didorong oleh keinginan Putin melindungi kelompok warganegara Ukraina yang berbahasa Rusia. Kabarnya, ada hampir 40 persen pengguna bahasa Rusia. Ini ditegaskan Putin pada pertemuan dengan Zelensky yang dimediasi oleh pimpinan Jerman.
5. Perilaku individu
Analisa pada tingkat analisa ini menempatkan faktor-faktor individu sebagai penyebab utama terjadinya sebuah peristiwa internasional. Individu itu bisa kepala negara/pemerintahan, menteri luar negeri, kepala pertahanan negara, atau individu-individu lain yang berpengaruh dalam pembuatan kebijakan luar negeri dari sebuah negara.Â
Dengan pengertian itu, penyebab perang Rusia dan Ukraina dapat menunjuk hidung Putin dan Zelensky sebagai pengambil kebijakan di masing-masing negara. Dalam konteks ini, arti penting individu juga dapat dilihat pada faktor-faktor psikologis pada pemimpin sebuah negara pada saat mengambil kebijakan luar negeri.
Kelima tingkatan itu menunjukkan bahwa studi Hubungan Internasional memiliki 'kemewahan' dalam mendeskripsikan, menjelaskan, dan meramalkan sebuah fenomena internasional, termasuk perang Rusia dan Ukraina.Â
Dengan situasi itu, mahasiswa di Jurusan Hubungan Internasional khususnya dapat memilih salah satu sudut pandang atau tingkat analisa mana yang dipakai dalam menganalisis Perang Rusia dan Ukraina.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H