Setelah berhasil melakukan konsolidasi kekuatan domestik, Putin mulai mengatur lingkungan pengaruhnya ke negara-negara tetangga yang pernah berada di bawah pengaruh Uni Soviet.Â
Berbagai kesepakatan bilateral dilakukan berdasarkan hubungan masa lalu. Ketika upaya menemui persoalan, maka mobilisasi kekuatan militer dilakukan Rusia untuk menekan negara-negara itu.Â
Bagi Rusia, urgensi untuk mempertahankan pengaruh kekuasaan itu penting mengingat Rusia memiliki pusat-pusat pertahanan strategis di negara-negara itu.Â
Rusia berhasil mendapatkan komitmen mereka melalui kesepakatan Commonwealth of Independent States (CIS) di antara 11 negara, meliputi Armenia, Azerbaijan, Belarus, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Moldova, Russia, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan. Salah satu jaminan Rusia adalah kecenderungan para pemimpin di negara-negara itu mendukung Putin. Salah satu negara anggota CIS itu adalah Ukraina.
Krisis Ukraina
Ketika Ukraina ingin melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan Rusia dan hendak bergabung ke NATO, maka Rusia tentu saja meradang. Ukraina sebagai wilayah penyangga bagi pertahanan dan keamanan Rusia bakal jatuh ke tangan NATO yang dipimpin AS.Â
Persoalan kedua adalah bahwa selama ini, Rusia selalu memprotes kecenderungan invasif NATO untuk menambah keanggotaannya, termasuk ke negara-negara bekas Uni Soviet. Berkali-kali Rusia telah memperingatkan NATO agar tidak memperluas keanggotaannya ke wilayah Timur.
Kenyataan itu membuat Rusia perlu mengkhawatirkan prediksi bahwa Ukraina menjadi anggota NATO bakal terwujud. Rusia pun tidak bisa dielakkan membayangkan negara-negara lain di sekitarnya juga akan bergabung dengan NATO. Jika setiap negara yang berbatasan langsung dengannya benar-benar bergabung, maka Rusia harus mendefinisikan ulang pertahanan wilayahnya yang luas.
Kekhawatiran itu mendorong Putin untuk segera merespon kemungkinan tidak terduga terhadap Ukraina. Apalagi dukungan NATO dan AS terhadap Ukraina semakin meningkatkan rasa tidak aman Rusia, khususnya di daerah perbatasan dengan Ukraina.Â
Kenyataan bahwa kekuatan militer NATO dan AS telah 'hadir' di Ukraina semakin menempatkan Putin untuk berpotensi mengambil kebijakan pertahanan mengamankan wilayahnya, jika perlu wilayah-wilayah bekas Uni Soviet.Â
Masyarakat internasional tentu saja berharap Rusia dan AS-NATO tetap mengutamakan penyelesaian terhadap krisis Ukraina ini. AS dan NATO perlu memahami upaya Rusia ---khususnya--- Putin untuk mempertahankan pengaruh strategisnya di negara-negara bekas Uni Soviet dengan menghentikan perluasan keanggotaan NATO ke wilayah Timur.Â