Diaspora Indonesia
Cara baru itu adalah naturalisasi diaspora Indonesia. Diplomasi Indonesia yang membumi (down-to-earth diplomacy) menekankan peran penting individu atau kelompok individu dalam hubungan antar-negara. Sebuah negara dapat memanfaatkan warganegaranya yang tinggal di negara itu untuk mengkomunikasikan kepentingan nasionalnya dengan warganegara di negara itu.
Perkembangan diplomasi itu dikenal dengan diplomasi antar-warganegara atau people-to-people diplomacy. Melalui diplomasi semacam itu, diaspora Indonesia dapat memberikan kontribusi melalui sepakbola. Mereka tidak hanya membawa identitas Indonesia-nya dalam bersepakbola di luar negeri.
Lebih jauh, diaspora Indonesia juga dapat membela timnas berlaga membawa bendera Indonesia berlaga melawan tim-tim nasional negara lain.
Diaspora Indonesia ini yang disasar secara khusus oleh pelatih Shin dalam program naturalisasinya. Program naturalisasi pemain di Era Shin Tae-yong memang menarik dan perlu mendapat dukungan.
Permintaan pelatih Shin Tae-yong adalah kebebasan untuk menaturalisasi banyak pemain. Salah satu tujuan pentingnya adalah menutupi berbagai kelemahan pemain di timnas Indonesia.
Naturalisasi pemain ini memang diakui merupakan jalan pintas untuk mendongkrak prestasi timnas. Program ini memang tidak natural alias hanya memanggil pemain diaspora Indonesia di luar negeri.Â
Bagi Shin Tae-yong, kualitas pemain lokal Indonesia masih jauh dari standar permainan internasional. Tidak ada cara lain demi memetik kemenangan bagi timnas sebelum kontraknya habis. Cara instan ini diambil dengan memanggil pemain-pemain berketurunan Indonesia yang berkompetisi di berbagai klub di Eropa.
Kualitas pemain yang ingin dinaturalisasi oleh Shin Tae-yong memang cukup bagus. Empat pemain berdarah Indonesia di Eropa yang disodorkan Shin Tae-yong ke PSSI adalah Sandy Walsh, Jordi Amat, Mees Hilgers, dan Kevin Diks. Jordi Amat, misalnya, memiliki pengalaman panjang merumput di Liga Primer Inggris. Tidak ada alasan lain bagi Shin memenangkan kualifikasi Piala Asia 2023, kecuali menambah skuad timnas.
Memang program naturalisasi tidak selalu berhasil. Contohnya, Ezra Walian yang dinaturalisasi ternyata tidak dimainkan secara reguler sebagai pemain inti pada Piala AFF yang lalu. Segala sesuatu memang selalu memiliki dua sisi baik dan buruk.
Dalam situasi ini, sisi negatif dari program naturalisasi pemain diaspora Indonesia tetap menjadi semacam peringatan. Namun demikian, aspek negatif itu jangan menjadi penghalang pelaksanaan program itu. Kita perlu fokus dan percaya pada pelatih Shin Tae-yong.Â