Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Hati-hati Mempertahankan Shin Tae-yong Demi Masa Depan Sepak Bola Indonesia

20 Januari 2022   03:34 Diperbarui: 22 Januari 2022   17:12 4688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintah dan masyarakat Indonesia perlu mengambil sikap hati-hati terhadap keputusan mempertahankan pelatih Shin Tae-Yong bagi tim nasional (timnas) Indonesia. Pada dasarnya pemerintah dan masyarakat merupakan konstituen utama dari timnas Garuda. 

Apalagi Presiden Joko Widodo meminta secara khusus pelatih Shin untuk  mempersiapkan timnas di Piala Dunia U-20 2023. Keputusan itu tentu saja melegakan dan mendapat dukungan sebagian besar konstituen domestik.

Sekretaris Jenderal PSSI Yunus Nusi menjelaskan posisi pelatih tim nasional Indonesia Shin Tae-yong aman sesuai kontrak, yakni sampai 31 Desember 2023. Ada peluang bahwa kontrak itu bisa saja diperpanjang. 

Keputusan  mempertahankan pelatih Shin Tae-Yong sebagai pelatih skuad Garuda tentu saja perlu mendapatkan apresiasi. 

Sepanjang kepelatihannya untuk timnas sepakbola Indonesia, pelatih Shin telah mencatatkan banyak 'warisan' bagi sepakbola kita. Pelatih Shin telah membawa skuad Garuda ke Kualifikasi Piala Asia 2023. 

Catatan terbaik terakhir adalah keberhasilan timnas menjadi juara kedua atau runner-up pada kompetisi AFF 2020 lalu. 

Walau capaian itu dianggap sebagap 'kutukan' bagi Indonesia, namun penampilan timnas di sepanjang kompetisi regional itu patut diacungi jempol.  

Selain itu, pelatih Shin juga telah menunjukkan kepiawaiannya dalam memberikan panggung internasional bagi banyak pemain muda Indonesia. 

Sebagian besar anggota timnas pada Piala AFF itu adalah pemain muda. Mereka diyakini bakal memainkan peran penting pada Piala AFF U-23 2022 dan Piala Dunia U-20 pada 2023 mendatang. 

Para pemain muda itu adalah masa depan timnas Indonesia. Performa timnas banyak mendapatkan pujian karena diperkuat para pemain muda yang berusia rata-rata 23,8 tahun. Indonesia pun menjadi salah satu skuad termuda di kompetisi regional itu.

Terlepas dari semua dukungan dan glorifikasi terhadap sikap mempertahankan coach Shin, tulisan mengajak pemerintah dan masyarakat untuk bersikap hati-hati. 

Kehati-hatian ini bukan bermaksud untuk menolak secara diam-diam, namun lebih sebagai upaya tetap kritis. 

Sikap kritis dalam kehati-hatian itu lebih bertujuan untuk mempersiapkan peta jalan yang lebih terukur dan berjangka panjang mengenai masa depan sepakbola Indonesia.

Beberapa isu di bawah ini perlu diperhatikan dalam sikap kehati-hatian terhadap pelatih Shin. 

Ketiga isu ini pasti sudah dipikirkan dan, bahkan, bisa saja telah dipraktekkan oleh pemerintah melalui Kementerian Pemudan dan Olah Raga (Kemenpora) dan, khususnya, Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI).

Pertama, menghindari ketergantungan berlebihan kepada pelatih Shin. Sikap ini lebih ditujukan pada upaya mempersiapkan diri jika kelak Shin Tae-Yong tidak lagi melatih timnas Indonesia. 

Amannya posisi Shin tentu saja melegakan berkaitan dengan pertimbangan kelanjutan (sustainability) sistem kepelatihannya.

Meski demikian, leading sector di bidang olah raga (Kemenpora dan PSSI) perlu membuat peta jalan rekrutmen, pembinaan, dan pelatihan para pemain muda dari berbagai wilayah di Indonesia.

Oleh karena itu, Indonesia perlu memiliki sistem atau cetak biru pembinaan olah raga, khususnya sepak bola, yang tidak tergantung pada orang atau pelatih. 

Hal paling sederhana, misalnya, adalah kritik atau larangan pelatih Shin kepada pemainnya untuk mengkonsumsi makanan gorengan. Sejauh mana hal sepele ini bisa dilakukan para pemain untuk menjaga kebugaran tubuh.

Kedua, mempersiapkan tim asisten pelatih yang mampu menyerap berbagai aspek non-teknis yang dimiliki pelatih Shin. Aspek-aspek itu perlu dicatat dan menjadi pelengkap dari cetak biru. 

Terlepas dari itu, tim itu lebih berfungsi sebagai pengganti sementara ketika pelatih Shin berhalangan bertugas. Melalui tim itu pula, pelatih Shin memberikan kepercayaan dan tip-and-trick melatih pemain asing, yaitu tim Indonesia. 

Kehadiran tim asisten itu menjadi sangat penting untuk menjembatani komunikasi teknis antara pelatih Shin (melalui penerjemah) dengan para pemain. 

Kehadiran penerjemah bahasa Korea ke Indonesia (dan sebaliknya) dapat menjembatani komunikask antara pelatih Shin dengan asisten pelatihnya. Posisi penerjemah tentu saja harus dibedakan dengan asisten pelatih.

Ketiga, kebijakan naturalisasi pemain. Kebijakan ini perlu ditegaskan sebagai kebijakan yang berbeda dengan naturalisasi sebelumnya. 

Sekjen PSSI juga menegaskan bahwa program naturalisasi ini berbeda dengan di zaman Cristian Gonzales, Greg Nwokolo, Victor Igbonefo, Alberto Goncalves dan lain-lain. Sekarang murni yang memiliki darah Indonesia. Program naturalisasi juga keinginan Shin Tae-yong.

Program naturalisasi kini lebih berkaitan dengan diaspora Indonesia. Diaspora itu adalah orang-orang Indonesia yang tinggal di luar negeri atau orang asing yang memiliki Sarah (keturunan) Indonesia. 

PSSI kini dalam proses menaturalisasi empat pemain keturunan Indonesia di luar negeri yaitu Sandy Walsh, Jordi Amat, Mees Hilgers dan Ragnar Oratmangoen. Masih ada banyak diaspora Indonesia yang merumput di berbagai klub sepakbola di Eropa atau negara lainnya.

Sekali lagi, tujuan tulisan ini mengajak kita semua berhati-hati dan bersikap antisipatif. Pada saat ini hingga 2023 nanti, 

Shin Tae-Yong masih melatih pemain Indonesia. Masih ada waktu bagi pemerintah dan PSSI untum mempersiapkan diri untuk melakukan ketiga hal di atas.

Jika ketiga hal itu sudah dilakukan, tulisan ini hanya sebagai pengingat saja. Keberadaan pelatih Shin harus dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya prestasi sepakbola Indonesia. 

Dalam jangka panjang, sistem kepelatihan yang telah dibangun Shin Tae-Yong perlu dikembangkan ke dalam sebuah sistem yang lebih mapan dengan berbagai pertimbangan lain. 

Salah satu pertimbangan itu, misalnya, adalah resep-resep terbaik dari pelatih-pelatih sebelumnya. Dengan cara ini, pemerintah dan PSSI dapat membangun sistem kepelatihan sepakbola Indonesia yang berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun