Mereka seolah bersepakat bahwa perbedaan pandangan hanya berlangsung pada pertemuan-pertemuan mereka. Sementara itu, pertemuan pemimpin tinggi ASEAN lebih bersifat formalitas demi menghasilkan kesepakatan atau konsensus regional.
Situasi ini tampaknya yang coba ditempuh Kamboja dan negara-negara anggota ASEAN, sehingga Kamboja membatalkan agenda pertemuan itu. Ketimbang mereka memboikot pertemuan tingkat menteri luar negeri, mereka lebih baik membatalkan pertemuan itu. Mereka tidak ingin membuat malu pemerintah Kamboja sebagai Ketua ASEAN 2022.
Di tengah ketidakpastian mengenai perkembangan penyelesaian krisis Myanmar, pemerintah Kamboja mencoba membuat inisiatif berbeda ketimbang menekan Myanmar menjalankan 5 poin Konsensus ASEAN.Â
Langkah Kamboja itu juga dilakukan oleh pemerintah Xi Jinping ketika mengadakan KTT antara ASEAN-China pada November 2021 lalu.Â
Alih-alih meminta Myanmar menjalankan 5 poin Konsensus ASEAN, China malah berencana mengundang Myanmar. Rencana itu ditolak ASEAN. Ketimbang mengundang Myanmar dan dapat berakibat pada boikot mereka dalam bentuk tidak hadir pada KTT itu, China pun mengamini ASEAN. KTT itu pun diselenggarakan tanpa kehadiran Myanmar.
ASEAN tetap bersikukuh menolak kehadiran Myanmar di Kamboja, tetapi dengan cara membatalkan pertemuan tingkat menteri itu. Seperti pembicaraan ASEAN mengenai isu-isu besar itu, ASEAN ---khususnya Kamboja sebagai tuan rumah--- tampaknya ingin mencegah perpecahan itu di meja perundingan melalui pembatalan pertemuan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H