Negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Brunei Darussalam cenderung menentang inisiatif PM Kamboja itu. Sementara itu, negara Vietnam, Laos, Kamboja, dan Thailand lebih mendukung langkah Kamboja mendekati Myanmar.
Perbedaan dukungan itu ditambah dengan konsekuensi dari kunjungan PM Hun Sen itu. Banyak pengamat kritis tentang ASEAN menganggap langkah PM Kamboja itu justru melemahkan upaya ASEAN selama ini.Â
Pelemahan itu tampak nyata dari akibat dari kunjungan itu, yaitu negara-negara anggota ASEAN justru semakin mengeraskan perbedaan mereka.
Perbedaan itu bahkan mengucut pada pengelompokan negara-negara anggota ASEAN. Negara pendukung langkah Kamboja adalah negara-negara tidak demokratis di kawasan ini. Sebaliknya, kebanyakan negara penentang kunjungan PM Hun Sen adalah negara demokratis.
Tujuan PembatalanÂ
Sebagai Ketua ASEAN 2022, pemerintah Kamboja tampaknya sangat memahami dinamika regional mengenai inisiatifnya terhadap Myanmar. Pemahaman itu berujung pada pembatalan pertemuan menteri luar negeri se-ASEAN yang diagendakan pada 17 Januari mendatang.Â
Sebagian besar menteri luar negeri dari 10 negara anggota ASEAN khawatir bahwa Kamboja akan mengundang menteri luar negeri Myanmar. Undangan itu dianggap mencederai kesepakatan ASEAN yang meminta perwakilan non-politik Myanmar hingga terbentuk pemerintahan definitif di negara itu.
Perpecahan dalam bentuk perbedaan pendapat di antara ke-10 negara-negara anggota ASEAN sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Kenyataan itu telah terjadi sebelumnya dan dapat ditemukan pada beberapa isu regional.Â
Rivalitas antara Amerika Serikat (AS) dan China, kedekatan dengan AS atau China dalam penyediaan vaksin Covid-19, dan konflik klaim China di Laut China Selatan (LCS) merupakan tiga isu utama yang memaksa negara-negara anggota ASEAN memiliki sikap atau pandangan berbeda.
Meskipun demikian, perbedaan terhadap ketiga isu besar itu tidak dibawa ke pertemuan tingkat menteri atau tingkat pemimpin (konferensi tingkat tinggi/KTT) ASEAN. Perbedaan sikap atau dukungan lebih banyak berlangsung di lapangan. Sementara itu, mereka cenderung 'bersatu' atau kohesif di meja-meja perundingan. Kohesivitas itu bahkan menelurkan kesepakatan atau konsensus sebagai hasil dari pertemuan ASEAN.
Pertemuan-pertemuan ASEAN di tingkat pejabat tinggi atau senior dan menteri biasanya menjadi 'medan' negosiasi dan lobi-lobi sengit di antara ke-10 perwakilan ASEAN. Walaupun para pejabat pemerintah itu telah sering bertemu dan saling mengenal, mereka membicarakan isu-isu yang menjadi agenda pertemuan di tingkat pemimpin ASEAN secara serius sesuai dengan kepentingan nasional masing-masing negara.Â