Hari ini tanggal 25 Desember 2021. Sampai siang ini, kami sekeluarga belum bisa pergi ke gereja untuk merayakan Natal 2021. Kami hanya bisa dan harus ke gereja pada jam 20.00 WIB. Kami juga tidak bisa memilih gereja yang kami anggap 'nyaman' sesuai pilihan kami. Sebaliknya, kami harus patuh dan taat ke gereja itu saja.Â
Padahal biasanya, kami bisa merayakan Natal dengan memilih gereja dan waktu sesuai pertimbangan kenyamanan. Walau lokasi gereja jauh, namun kenyamanan itu membuat kami semua ke gereja itu hingga Natal 2019.
***
Barangkali, Natal, termasuk misa Natal dan perayaan Natal di rumah dan kampus atau lembaga, merupakan sebuah jadwal dari keseluruhan kalender Kristiani atau Katolik semata. Meskipun demikian, merayakan Natal tetap perlu dimaknai secara lebih mendalam. Dalam konteks religius, Natal adalah sukacita atau kabar gembira terhadap kelahiran seorang juru selamat manusia, yaitu Yesus. Oleh karena itu, merayakan Natal adalah merayakan sukacita, kegembiraan akan kelahiran Yesus.Â
Persoalannya adalah bahwa perayaan sukacita itu tidak lagi seleluasa sebelum 2020 lalu. Penyebaran masif virus Corona ke seluruh dunia telah menjadikannya sebuah pandemi Covid-19. Pandemi yang tidak mengenal batas negara itu mau tidak mau harus dibatasi. Begitu juga dengan perayaan Natal. Natal yang sebenarnya tidak mengenal batas wilayah itu harus pula dibatasi secara geografis demi menekan persebaran Covid-19.
Akibatnya, semua umat Kristiani terpaksa harus mengikuti peraturan pemerintah setempat dalam penetapan protokol kesehatan dalam perayaan misa Natal. Menghindari kerumunan, cuci tangan, dan memakai masker menjadi aturan tetap yang harus dilakukan umat Kristiani, walaupun di dalam gereja. Dalam situasi itu, perayaan Natal 2021 sudah bisa dilakukan secara luring. Umat Kristiani diperbolehkan datang ke gereja-gereja asal mematuhi protokol kesehatan.
Natal 2021 ini menjadi sangat berbeda dengan Natal 2020. Ketika angka positivity Covid-19 masih melonjak di 2020, maka perayaan misa Natal harus diadakan secara daring. Hanya imam dan beberapa petugas pendukung boleh menjalankan ibadat itu di gereja, sedangkan umat Kristiani harus menyesuaikan diri. Penyesuaian itu dalam bentuk mengikuti misa secara daring bersama keluarga di rumah masing-masing.
Natal 2021 ini pun menjadi menarik karena ada tiga hal penting.
Pertama, umat Katolik, setidaknya di lingkungan gereja terdekat rumah saya ini, harus mendaftarkan diri untuk datang ke gereja merayakan Natal. Kami tidak boleh seenaknya pergi ke gereja seperti sebelum pandemi Covid-19. Warga Katolik harus mendaftar ke lingkungan atau wilayah dia tinggal. Tidak bisa mentang-mentang beragama Katolik dapat datang begitu saja ke gereja tanpa mendaftar. Dengan cara ini, gereja hanya menerima pendaftaran dari warga Katolik yang tinggal di dalam lingkungannya saja.
Kedua, misa ke gereja harus membawa undangan. Lho undangan? Ke gereja untuk misa Natal harus membawa undangan? Undangan ini bukan undangan formal dalam bentuk kertas. Undangan itu dalam bentuk nomor tempat duduk atau barcode. Mendaftar lewat nomor wa tertentu, kamudian kita menerima undangan tersebut.Â
Ada beberapa faktor menjadi pertimbangan pendaftar ke misa Natal, seperti usia, kesehatan, dan wilayah geografis yang menjadi 'otorisasi' sebuah gereja. Akibatnya, umat Katolik dari luar daerah yang datang ke gereja, namun tanpa undangan itu terpaksa ditolak dengan alasan protokol kesehatan dan administrasi itu. Walaupun umat Katolik secara umum dapat mengikuti misa di semua gereja Katolik, namun pandemi terpaksa membatasi kebebasan itu, khususnya dalam perayaan Natal ini.
Undangan ke gereja untuk mengikuti misa Natal menjadi pengalaman pertama sebagai seorang penganut Katolik. Pengalaman itu mungkin juga dialami warga Katolik di seluruh Indonesia. Pada Natal 2021, perayaan di gereja boleh diadakan dengan protokol kesehatan ketat.
Ketiga, semangat persaudaraan karena di luar gereja biasanya ada banyak polisi atau petugas keamanan dan warga masyarakat umum (seperti Banser NU) yang ikut menjaga keamanan dan protokol kesehatan. Misa perayaan Natal memang wilayah keagamaan sehingga hanya umat Katolik/Kristiani saja yang merayakan. Umat Kristiani sudah terbiasa dengan situasi keamanan itu, namun baru kali ini menyadari ada satgas Covid-19 pula yang ikut berada di luar gereja. Sebelum pandemi, umat biasanya menyampaikan terimakasih kepada petugas keamanan ketika keluar dari gereja.
Semangant persaudaraan antar-tetangga juga muncul secara tidak terduga. Bentuknya adalah saling menjaga rumah tetangga yang kosong. Kebetulan Natal selalu bersamaan dengan libur tahun baru, sehingga ada satu hingga dua tetangga pergi liburan ke kota lain atau di pinggir kota Yogyakarta. Kebiasaan di daerah kami adalah menyalakan lampu depan dan/atau samping rumah bagi tetangga yang bepergian menginap. Walaupun tidak meminta tolong secara langsung, warga yang tetap di rumah bisa mengetahuinya.
Menjalankan perayaan misa Natal di masa pandemi ini memang membutuhkan kebesaran hati. Natal 2021 tidak seperti pada 2019 dan masa-masa sebelumnya. Seperti kegiatan-kegiatan lainnya, perayaan keagamaan harus menyesuaikan diri. Walaupun Natal merupakan perayaan hari besar keagamaan yang memperoleh antusiasme besar dari umat Kristiani.Â
Aturan mengikuti perayaan misa Natal 2021 di gereja bisa berbeda-beda tergantung pada kondisi Covid-19 setempat dan pertimbangan khusus. Meskipun begitu, perbedaan peraturan itu tetap dengan penerapan protokol ketat yang sama, yaitu gereja tidak boleh menggunakan kapasitas maksimum umat, posisi duduk harus dalam jarak tertentu dan kadang berjauhan walaupun satu keluarga, dan harus memakai masker sejak awal hingga selesai misa.
Umat harus berbesar hati untuk menyesuaikan diri. Jika ingin perayaan berlangsung baik dan lancar, maka harus mematuhi dan menjalankan protokol kesehatan ketat dan dua hal pertama di atas. Kebesaran hati itu tidak bisa hanya berhenti di dalam pikiran, namun harus dijalankan. Komitmen setuju mungkin banyak, namun tidak sedikit yang menolak menjalankannya.
Pada akhirnya, menjalankan protokol kesehatan dan dua hal pertama di atas dilakukan dalam rangka menempatkan Natal 2021 dalam konteks kehidupan bernegara di Indonesia ini. Semangat persaudaraan tetap harus tercermin dalam perayaan Natal 2021 ini.
Dengan semangat persaudaraan itu, Natal 2021 membuat kami harus bersabar untuk pergi ke gereja terdekat dan harus pada jam 20.00 WIB nanti. Bagaimanapun juga, sungguh mengharukan bisa datang ke gereja lagi, apalagi untuk merayakan Natal.Â
Selamat Natal 2021:)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H