Siapa menyangka bahwa ASEAN berani menolak lobi China. Sebaliknya, China harus menuruti apa kata ASEAN. Tak ada lagi lobi-lobi yang bisa dilakukan China terhadap negara-negara anggota ASEAN agar mengizinkan pemimpin militer Myanmar datang ke pertemuan pemimpin China dan ASEAN pada 22 November 2021.
Jika posisi semua pihak masih sama dan China masih menghormati pandangan ASEAN, maka konferensi tingkat tinggi (KTT) 22 November 2021 tidak dihadiri Jenderal Min Aung Hlaing.
Pihak Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China tampaknya sangat berkeinginan agar ke-10 negara anggota ASEAN dapat bertemu pemimpin China Xi Jinping. Dalam pandangan China, ukuran keberhasilan KTT China dan ASEAN adalah bahwa Myanmar juga datang diwakili Jenderal Hlaing. China memang berkepentingan agar pemimpin militer Myanmar Jenderal Aung Min Hlaing hadir pada KTT itu.
Pandangan China itu diketahui publik menjelang pertemuan pemimpim China dan ASEAN, China ternyata telah berusaha keras melobi ASEAN agar mau mengundang Myanmar.
Hasilnya adalah Malaysia, Indonesia, Singapura, Filipina, dan Brunei Darussalam menolak keikutsertaan pemimpin junta Myanmar. Keempat negera itu telah sepakat untuk mempertahankan posisi yang sama dengan KTT ASEAN.
Posisi Indonesia telah ditegaskan oleh Juru bicara Kemlu Indonesia, Teuku Faizasyah. Pemerintah Indonesia menegaskan posisinya pada kehadiran tokoh non-politik sebagai perwakilan Myanmar di ASEAN. Posisi itu mengacu pada "kebijaksanaan" yang ditunjukkan oleh para pemimpin sebelum KTT Oktober 2021 lalu.
Pada KTT ASEAN itu, Menlu Retno Marsudi secara keras menyatakan bahwa Myanmar tidak boleh diwakili di tingkat politik sampai memulihkan demokrasi.
Sedangkan Kemlu Thailand menolak memberikan pandangannya mengenai isu ini. Pendapat Malaysia itu diikuti Singapura, Brunei, dan Vietnam. Sementara itu, dua negara lainnya, yaitu Kamboja dan Laos diperkirakan mendukung upaya lobi pemerintah China itu.
Diplomasi China
Lobi China itu sebenarnya didasarkan pada kebijakan China bahwa negara besar itu mendukung semua pihak di Myanmar dalam mencari penyelesaian politik melalui dialog dan akan bekerja dengan masyarakat internasional dalam upaya untuk memulihkan stabilitas dan melanjutkan transformasi demokrasi.
Untuk mencapai tujuan itu, utusan khusus China untuk urusan Asia, Sun Guoxiang, telah melakukan semacam shuttle diplomacy mengunjungi Singapura dan Brunei. China berharap dapat melobi anggota ASEAN tersebut agar mengizinkan pemimpin militer Myanmar berpartisipasi dalam KTT ASEAN-China.