Sebelum KTT dimulai, pihak Myanmar sebenarnya telah menjawab undangan ASEAN. Junta Myanmar pada Senin (25/10) menyatakan pihaknya hanya akan mengirimkan kepala negara atau pejabat setingkat menteri untuk mengikuti KTT, bukan perwakilan non-politik.
Layar Myanmar tetap kosong ketika KTT ASEAN dimulai. Tidak ada perwakilan Myanmar di layar itu. Sementara itu, layar negara-negara lainnya terisi dengan perwakilan masing-masing (lihat gambar di atas).Â
Junta Myanmar telah memboikot KTT ASEAN. Boikot itu adalah bentuk penolakan terhadap perwakilan non-politik dari Myanmar ke KTT itu.Â
Alasan utama ASEAN tentu saja adalah junta militer tidak menunjukkan kemajuan dalam rencana perdamaian yang disepakati dengan ASEAN pada April lalu di Jakarta. ASEAN menganggap Jenderal Hlaing tidak menjalankan proses perdamaian untuk mengakhiri krisis berdarah di Myanmar.Â
Jenderal Hlaing dianggap gagal menghentikan permusuhan di Myanmar, tidak mengizinkan akses kemanusiaan, dan gagal memulai dialog dengan rival-rival domestiknya.
Faktor Brunei
Keberhasilan ASEAN mengecilkan peluang pemimpin militer Myanmar hadir tentu saja tidak terlepas dari peran pemimpin ASEAN 2021, yaitu Brunei Darusallam. Pemimpin Brunei, Sultan Hassanal Bolkiah, ternyata gemas juga dengan sikap Myanmar terhadap konsensus ASEAN.
Seperti diketahui bersama, pada awalnya Brunei cenderung diam atau pasif dalam merespon insiden kudeta militer Myanmar. Brunei tampaknya mulai bergerak bernegosiasi dengan berbagai pihak ketika Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, melancarkan shuttle diplomacy, termasuk bertemu dengan pemimpin Brunei.Â
Diplomasi ketua ASEAN menemui jalan buntu ketika Jenderal Hlaing tidak merespon utusan khusus ASEAN.
Meskipun demikian, diplomasi Brunei tetap berjalan yang berujung pada ketidakhadiran atau boikot Myanmar. ASEAN menjalankan strategi lain agar tidak menambah malu Myanmar di KTT. Pada saat menyampaikan pidato, Ketua ASEAN dan Sekretaris Jenderal ASEAN sama sekali tidak menyebut ketidakhadiran Myanmar pada dua KTT virtual itu.Â
Tindakan atau strategi tersebut merupakan langkah berani yang jarang diambil oleh kelompok negara-negara Asia Tenggara itu. Para pemimpin ASEAN mendukung langkah Brunei sebagai Ketua ASEAN 2021.Â