Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Dilema Promosi Menulis di Kompasiana?

8 Oktober 2021   09:19 Diperbarui: 8 Oktober 2021   09:38 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata 'promosi' berasal dari bahasa Inggris promotion. Mungkin saja ada studi mengenai asal-usul sebuah kata, termasuk kata promosi itu, yang bukan menjadi keahlian saya. Yang penting adalah arti kata promosi itu. 

Dalam konteks umum dan sederhana, promosi berarti menawarkan sesuatu kepada orang lain atau kelompok orang agar mau menerima atau membeli atau melakukan hal atau barang yang ditawarkan. Nah, hal atau sesuatu ---bukan barang--- yang ditawarkan adalah menulis di Kompasiana. 

Pada banyak kesempatan, beberapa teman bertanya soal Kompasiana dan menulis di Kompasiana. Teman-teman lama yang tahu kegiatan saya biasanya bertanya kedua hal itu, setelah berbaku kata penting. Pertanyaannya berkisar pada: apa itu Kompasiana? Apa hubungannya dengan Kompas-Gramedia? bagaimana cara menulis di situ? Beberapa pertanyaan itu mengingatkan saya kepada tulisan begawan Kompasiana, pak Tjiptadinata Effendi. 

Beberapa teman yang baru kenal dengan profesi serupa saya biasanya mengeluh dan bercerita soal keharusan menulis dalam profesi ini. Keluhan mereka menyoal menulis paper akademik, menulis dan membuat buku, serta keinginan menulis di koran. Apalagi ketika keluhan berputar pada sulitnya menyiapkan tulisan-tulisan itu, tetapi ditolak atau, setidaknya, diminta revisi oleh editor. Ketidakjelasan nasib tulisan di koran menjadi sebuah penantian selama berhari-hari dan bikin stres, padahal momentum tulisan sudah makin hilang.

Pada situasi itu saya bercerita tentang kegiatan menulis di Kompasiana. Salah satu manfaatnya adalah menulis di Kompasiana dapat menjadi keseharian, walau menulisnya tidak setiap hari. Apapun profesi sebenarnya, sebagian besar Kompasiana berupaya konsisten menulis. Jika mau dan mampu, menggugah tulisan di Kompasiana bahkan bisa dilakukan berkali-kali dalam setiap hari. Tulisan juga dapat berisi gambar dan video. 

Dilema

Bagi saya, promosi Kompasiana ini menciptakan semacam dilema. Dilema karena ketidaksengajaan melakukan promosi. Promosi muncul begitu saja ketika berbicara dengan teman lama dan teman baru. Selain bukan kegiatan sengaja, promosi itu juga tidak direncanakan. Promosi tidak sengaja ini juga tidak dimaksudkan untuk berimbas cuan alias finansial. Bukan pula bertujuan untuk 'membeli' label pilihan atau artikel utama. 

Selain itu, saya seperti sebagian besar Kompasianer bukan pemilik Kompasiana ini. Yang ada adalah status 'pemilik' blog gotong royong yang kepemilikan sebenarnya ada di tangan grup Kompas, dan seterusnya. Kata pemilik itu saya beri tanda petik karena status sebenarnya adalah pemilik jadi-jadian saja:)

Meski begitu, tulisan ini juga tidak berujung pada penyesalan atau apapun namanya. Ketika bercerita tentang Kompasiana maka yang keluar dari mulut pertama-tama adalah informasi standar tentang kepemilikan, pernak-pernik blog, penulis atau Kompasianer, dan kelebihannya. Sekali lagi, promosi ini adalah ketidaksengajaan belaka. 

Kelebihan Kompasiana perlu diceritakan sebagai bentuk promosi tidak sengaja itu. Menulis di Kompasiana itu, dengan skrining minimal dari editor, sebagaimana koran-koran atau portal-portal opini. Skrining minimal itu berarti bahwa blog bersama ini tetap dijaga oleh admin berkaitan dengan berbagai macam aturan-main kepenulisan dan sensitivitas isu-isu tertentu di negeri ini. Jadi blog ini tetap dipagari dan dijaga admin.

Kembali ke dilema. Rasa dilematis tidak akan muncul ketika memang sudah direncanakan atau disengaja melakukan promosi. Meskipun dilematis, namun rasa itu tidak menimbulkan perasaan menyesal. Rasanya netral saja atau, bahkan, condong ke bangga

Ada Rasa Bangga 

Persoalannya adalah perasaan yang muncul ketika melakukan promosi atau bercerita tentang menulis di Kompasiana itu. Bukan rasa menyesal karena pemilik yang bukan-bukan itu, namun malah rasa bangga. Bangga yang terselip pada kegiatan pamer kepada teman-teman itu. Rasa bangga itu dapat dipamerkan secara kongkrit, yaitu bisa menulis hampir setiap hari. 

Pamer karena dari dapat menulis secara serial mengenai topik-topik tertentu. Tulisan-tulisan mengenai kudeta Myanmar secara tidak sengaja terkumpul menjadi 10 tulisan. Soal kontroversi AUKUS termaktub ke dalam 5 tulisan. Begitu juga soal Afghanistan, tentang keluh kesah dan manfaat menulis, dan seterusnya.

Namun begitu, berbagai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan memaksa tidak dapat memenuhi komitmen one day one article. Bisa karena alasan mengajar. Ada pekerjaan di luar mengajar yang melelahkan sehingga batal menulis. Apalagi ketika alasannya adalah sakit, khususnya pusing di kepala. 

Lalu, mengapa dari bangga menjadi pamer? Pamer dalam bentuk keinginan menunjukkan 'mudahnya' menulis di Kompasiana. Ini tentu saja menulis yang bertanggung jawab atau bahasa kerennya adalah responsible writing. Konsep ini amat timely...apa ini ya...mungkin kontekstual atau relevan atau cocok di masa beranak-pinaknya berbagai berita hoaks pada saat ini. 

Berbagai berita atau informasi hoaks memang harus dihindari dan ditolak. Namun demikian, hoaks juga perlu diketahui asal-usul mengapa bisa terjadi seperti itu. Asosiasi Jurnalis Indonesia (AJI) bekerjasama dengan Googgle Draft mencoba menggaungkan responsible writing ini sebagai upaya mengurangi praktek-praktek dis-informasi, mis-inforamasi, dan mal-informasi. Praktek ini tentu saja menarik dilakukan dalam menulis di Kompasiana.

Kemudahan menulis di Kompasiana itu yang membuat rasa bangga muncul dan dipamerkan ke orang lain, khususnya teman-teman sendiri yang bertanya. Tanpa ditanya, bukan cerita Kompasiana yang muncul. Sharing atau berbagi tulisan kepada mahasiswa atau rekan seprofesi juga menjadi kegiatan penting, apalagi yang berkaitan dengan materi kuliah atau opini mengenai isu yang sedang hangat.

Akhir kata, promosi menulis di blog ini hanya ketidaksengajaan belaka. Walau ada dilema, tetap yang muncul adalah rasa senang dan bangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun