Upaya mengimbangi kekuatan itu dapat ditempuh dengan dua (2) cara.Â
Cara pertama adalah defensive balancing. Sifat defensif itu terlihat pada sebuah negara yang berupaya mengimbangi kekuatan besar lainnya dengan meningkatkan pertahanan nasionalnya.Â
Salah satu caranya adalah melalui pembelian persenjataan atau alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Cara kedua, yaitu offensive balancing. Strategi ini memungkinkan sebuah negara menjalankan balancing dengan mempersenjatai diri dari pihak luar. Australia menjadi contoh untuk offensive balancing ini.Â
Sebagai negara berkekuatan menengah atau middle power, Australia sendiri sebenarnya berkeinginan mengimbangi kekuatan ekonomi dan politik-pertahanan China selama ini.
Sementara itu, sistem politik Australia dipimpin oleh seorang perdana menteri (PM) dari Partai Liberal yang berhaluan konservatif, Scott Morrison.Â
Berbeda dengan PM dari Partai Buruh yang cenderung dekat dan mempertimbangkan lingkungan strategis di sekitarnya, PM Australia itu lebih mengikuti apa kata AS di bawah Presiden Joe Biden.Â
Lingkungan strategis
Persoalannya adalah bahwa AUKUS menimbulkan kecaman dari berbagai pihak di kawasan Indo-Pasifik. Kawasan ini merupakan lingkungan strategis baru yang dipakai untuk menggantikan istilah Asia Pasifik.Â
Kawasan ini terbagi ke dalam pengaruh AS dan China. Yang menarik, tidak semua negara pendukung AS menyetujuai pakta pertahanan AUKUS.Â
Pangkal ketidaksetujuan mereka adalah kapal selam bertenaga nuklir yang diberikan kepada Australia.