Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dari 74 Menjadi 86 Kg! Sekarang 78 Kg, Bagaimana Caranya?

10 September 2021   13:57 Diperbarui: 10 September 2021   14:03 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Badan memberat alias menggemuk itu menjadi kebanggaan dan, sekaligus, bermasalah bagi saya. Di masa pandemi ini, berat badan saya menaik dan menurun. Sebelum atau di awal pandemi berat badan di kisaran 74 kilogram (kg). Di bulan Juni 2020 hingga April 2021, saya melihat perut membuncit: melebar ke kanan-kiri dan ke depan. 

Kepala saya pun membesar, bukan besar kepala lho...hehehe. Semua ini berlangsung alamiah alias tanpa disadari. Sejak Mei 2021, kebuncitan itu mulai berkurang. Postur badan saya menjadi antara 77-78 kg sekarang dan merasa lebih sehat.

Kecenderungan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) membuat tidak ada peringatan umum ---apalagi pujian--- tentang kebuncitan atau kegemukan badan saya. Kesadaran baru tumbuh ketika saya harus mengirimkan foto terkini untuk poster webinar di kampus. Poster pun menampakkan postur kepala yang membesar itu. Kaget sudah.

Padahal keluarga sudah mengingatkan kondisi badan saya dan pola makan yang agak sering. Keluarga juga mengingatkan konsumsi herbal yang mencurigakan. Pada awalnya saya berpandangan tidak masalah untuk menjadi gemuk selama kondisi badan fit dan, tentu saja, sehat.

Badan memang fit. Saya mengalami sendiri tentu saja. Fitalitas itu tampak nyata dari ketahanan badan saya untuk menulis. Tulisan saya di Kompasiana bisa muncul tiap hari atau one day one article. Selain itu, saya juga mengerjakan proyek besar yang mengkonsumsi energi, waktu, dan stres. Proyek besar selesai, tulisan di Kompasiana tayang saban hari, dan badan sehat. Lalu, apa yang saya dustakan?

Ternyata badan saya mencapai perkembangan puncaknya disertai masalah tersebunyi. Di Januari 2021, stress datang dari luar. Lalu, stress yang dari dalam adalah kebuncitan badan yang mencapai 86 kg. Capaian ini sebenarnya merupakan sebuah prestasi, tetapi apa daya. Ada herbal yang menjadi penyebab kebuncitan saya. Konon ada steroid di dalam herbal itu yang memacu konsumsi makan lebih banyak. Ini yang berbahaya.

Bulan Mei-Juli adalah masa melepaskan tubuh saya dari cengkeraman herbal itu. Kabarnya ada bahaya jika langsung dilepas, sehingga pentahapan putus hubungan harus dijadwalkan. Proses itu bisa berjalan baik. Sejak Agustus hingga sekarang, badan terasa ringan dan sudah tanpa herbal. Akibatnya, berat badan mulai menurun.

Lalu, apa saja yang saya lakukan untuk mengurangi berat badan dari 86 kg menjadi 77an kg, setelah tanpa herbal? Yang pasti, saya mengurangi porsi makan karena tidak mengkonsumsi herbal lagi. Makan 3 kali sehari tetap berjalan seperti biasa, namun porsi dikurangi. 

Kedua, mengurangi porsi makan nasi dengan cara menggunakan mangkok, seperti mangkok ketika makan bakso atau soto. Makan pagi-siang-malam tidak menggunakan piring lagi. Porsi nasi pun berkurang, termasuk lauk dan sayur.

Cara ketiga adalah memperpanjang jarak antara makan pagi, siang, dan makan malam. Masa wfh memudahkan saya mempraktekkan cara ini. Cara kedua tetap dilakukan ketika mempraktekkan cara ketiga ini.

Cara keempat, mengurangi penggunaan gula di minuman. Di sisi lain, mulai mengkonsumsi madu. Kebiasaan minum 2 gelas air putih hangat di pagi hari ditambahi madu di gelas kedua. Setelah itu, minum teh dan kopi tanpa gula. Kalaupun ingin, maka gula ditambahkan satu atau dua kali dalam sehari. Jika bisa, ada anjuran minum yang rasa kecut. Ini termasuk di minuman teh.

Cara kelima, tidak lupa mengkonsumsi vitamin. Ketika pandemi di daerah saya meninggi, minum vitamin menjadi semacam keharusa di setiap harinya. Vitamin penting untuk menambah gizi bagi tubuh.

Yang terakhir adalah berolah raga. Yang saya pilih adalah berjalan kaki. Murah meriah dan mudah dilakukan. Tidak perlu memakai upacara adat segala. Maksud saya, berjalan kaki pun bisa dilakukan tanpa bersepatu, tanpa baju-celana olah raga tertentu. Setiap ada waktu bisa berjalan kaki mengelilingi rumah sendiri atau di depan rumah dan sekitaran perumahan. 

Keenam cara itu tidak bisa dipraktekkan oleh setiap pembaca tulisan ini. Mohon diingat cara-cara itu saya lakukan sebagai proses penyembuhan dari ketergantungan terhadap herbal tertentu. Tidak semua herbal berakibat seperti yang alami. Masih ada banyak herbal yang bagus. Kebetulan saja herbal seperti itu yang saya konsumsi.

Sekarang, postur tubuh sudah di antara 77-78 kg. Kata orang dekat, berat badan sudah cukup ideal. Badan sudah bagus dan tidak buncit lagi. Pada Agustus lalu, saya upload foto ketika berada di puncak kegemukan. Banyak yang menanggapi dengan kaget dan mengingatkan untuk tetap sehat. Betul tetap sehat, walau tidak gemuk atau buncit lagi.

Saya tidak membenci atau menolak gemuk atau berbadan buncit. Berbadan gemuk tidak masalah, tetapi harus sehat. Sekali lagi, masalah saya adalah menjadi gemuk tetapi ternyata tidak sehat. Situasi itu memaksa saya mengurangi berat badan, sehingga kondisi berat badan bisa menjadi 77 kg seperti pada saat ini. Beberapa kali, berat badan naik-turun antara 77 hingga 78 kg. Kondisi itu tampaknya yang ideal dan sehat bagi saya.

Akhirnya, tidak semua cara bisa dipraktekkan begitu saja. Satu atau beberapa cara mungkin bisa dilakukan dengan penyesuaian tertentu sesuai kondisi indivual masing-masing. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun