Rusia adalah antitesa dari Amerika Serikat (AS) dalam geopolitik dan geoekonomi global. Di mana ada AS, di situ juga ada Rusia. Mereka sama-sama hadir, namun posisi mereka selalu bertentangan.Â
Walau berbeda dengan Uni Soviet (US) yang selalu menjadi lawan seimbang AS, Rusia dengan Presiden Putin mencoba hadir kembali melawan kepentingan global AS. Melanjutkan US, maka Rusia dan AS jarang sekali mencapai sintesa dalam politik global. Alih-alih menjadi sintesa, masing-masing justru saling meniadakan.Â
Bagi negara-negara lain, lebih baik salah satu dari mereka saja yang menonjol kepentingannya. Pertarungan global antara Rusia dan AS menjadi bukti nyata, yaitu polaritas global di antara mereka berdua. Demikian pula bagi Taliban Afghanistan.Â
Di Afghanistan, Rusia dan AS juga memiliki kepentingan berbeda. Sebelum Taliban berkuasa, Rusia berada di balik bayang-bayang AS. Sekarang, Rusia justru mendukung Taliban Afghanistan.Â
Setelah 20 tahun lamanya berperang, Taliban akhirnya berhasil menguasai Afghanistan sampai ke jantung ibu kota negara, yaitu Kabul. Mereka mengambil alih kekuasaan Pemerintah Afghanistan yang dijaga oleh Amerika Serikat dan kekuatan Barat lainnya lewat NATO.
Korp diplomatik Rusia tetap tinggal di sana dengan percaya diri. Sementara itu, berbagai negara lain bersepakat dengan AS untuk menarik perwakilan diplomatik dan warganegara mereka dari Kabul dan sekitarnya. Situasi keamanan dan citra radikalisme Taliban menjadi penyebab utama mereka meninggalkan Afghanistan.Â
Ketimbang AS dan negara-negara Barat, maka Rusia cenderung mengambil sikap pragmatis. Dukungan Rusia terhadap Taliban lebih dimaksudkan agar kelompok Taliban segera memiliki otoritas keamanan untuk menata perdamaian Afghanistan yang tercerai-berai di antara berbagai kelompok domestik.
Dengan posisi itu, apa saja alasan pragmatisme Rusia mendukung kekuasaan Taliban di Afghanistan? Berdasarkan informasi dari berbagai media, saya ingin menunjukkan setidaknya ada enam (6) alasan dominan Rusia.
1. Kebijakan Rusia
Pragmatisme Kremlin dapat dibaca dari pernyataan Duta Besar Rusia untuk Afghanistan, Dmitry Zhirnov. Bagi Rusia, Kabul lebih baik dikuasai Taliban dibanding pada masa Presiden Ashraf Ghani.