Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hubungan Tanpa Status di Antara Kompasianer

19 Agustus 2021   16:08 Diperbarui: 19 Agustus 2021   16:09 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hubungan tanpa status (HTS) tidak selalu berurusan dengan percintaan atau kisah kasih nyata (KKN), seperti semasa mahasiswa. HTS juga terjadi di antara para Kompasianer dan berlangsung dinamis. 

Sebagai blog bersama atau keroyokan atau gotong-royong, Kompasiana memiliki banyak penulis sebagai penghuninya. Saya sebut 'banyak' karena lupa berapa jumlah relatif atau pastinya:) Penghuni blog ini adalah penulis dengan pekerjaan tetap yang beragam. 

Maksudnya dinamis adalah relasi yang naik-turun, bisa juga ke kanan-kiri atau sebaliknya, bahkan juga ke tengah. Ini bukan ke kanan yang liberalis atau kiri komunis, lalu tengah Pancasilais. 

Hubungan dinamis lebih pada relasi sosial yang terkadang politis di antara para Kompasianer. Politisnya muncul ketika membahas topik-topik politik atau yang secara tidak langsung berkaitan dengan politik domestik (seperti Israel, Palestina, atau Taliban di Afghanistan). Hubungan politis dan nir-politis itu adalah sesuatu yang biasa, apalagi ada peluang memberikan tanggapan terhadap sebuah artikel dimungkinkan di Kompasiana.

Disebut HTS karena hubungan antar-Kompasianer lebih banyak bersifat virtual atau tidak nyata. Saling tahu tetapi tidak (begitu) kenal. Akrab memang, namun sebatas saling memberi nilai/label dan saling memberikan  komentar terhadap tulisan. 

Akrabnya lebih banyak lewat tulisan, bukan lewat perjumpaan 'darat' dengan frekuensi rutin. Hubungan akrab juga terjadi karena telah lama berkiprah menulis di Kompasiana. 

Ada juga 'pemain' lama di Kompasianer, namun jarang atau tidak lagi menulis. Mereka tetap aktif sebenarnya, namun sebagai silent reader atau pembaca senyap. Ada juga yang active reader atau pembaca yang bermurah hati meninggalkan jejak digital dalam bentuk nilai/label dan komentar. 

Tidak ada status khusus di antara para Kompasianer baik yang aktif menulis, penulis musiman alias bukan penulis harian, pembaca senyap, dan pembaca aktif. Status mereka adalah sama-sama penulis di Kompasiana. 

Dengan status Kompasianer itu, hubungan akrab tapi virtual bisa muncul lewat tulisan. Intensitas menulis dan intensitas meninggalkan jejak digital di tulisan yang telah dibaca juga amat berpotensi membangun keakraban, walau tetap virtual. Saling 'mengunjungi' tulisan, saling bertukar label/nilai, dan saling meninggalkan komentar adalah bentuk-bentuk keakraban interaktif yang virtual.

Kebiasaan membaca tulisan Kompasianer juga membuat seorang Kompasianer merasa mengenal Kompasianer lain. Lalu, seorang Kompasianer bisa melakukan profiling tulisan-tulisan.

Dari situ, seorang Kompasianer bisa membuat pemetaan. Misalnya, ada Kompasianer yang memiliki kekhususan kategori dalam tulisan-tulisannya. Ada juga yang bertipe semua bisa jadi tulisan. Yang pertama tipe penulis spesialis. Yang kedua adalah penulis generalis. Tidak ada baik atau buruk. Kedua tipe penulis itu memiliki peran masing-masing.

Ketika hubungan nyata yang berstatus saja rentan pecah, apalagi hubungan antar-Kompasianer yang virtual tanpa status ini. Hubungan dua sejoli biasanya diikat dengan kasih, tapi hubungan antar-Kompasianer hanya diikat oleh kesamaan minat, yaitu menulis.

Persoalan muncul karena sebuah tulisan merupakan ekspresi personal mengenai ide atau perasaan dari penulisnya. Ada anggapan bahwa tulisan dan penulisnya tidak berjarak. Walaupun ide itu adalah olahan rasionalitas tanpa emosi, tulisan tetap saja menjadi ungkapan personal dari penulisnya. 

Akibatnya, HTS virtual itu menimbulkan korban. Bagi Kompasianer yang saling berbagi perpesanan digital lewat wa grup, rasa kehilangan terhadap penulis yang tidak lagi aktif menjadi layaknya hubungan nyata.  Ada empati terhadap korban, walau mungkin tidak sedalam hubungan nyata. Tentu saja ada ekspresi menyayangkan, dan seterusnya. 

Hubungan tanpa status di antara Kompasianer ini seharusnya sangat beda dengan yang nyata. Tanpa status seharusnya saling memerdekakan dan memberdayakan. Tapi dunia seharusnya seringkali berbeda dengan dunia nyata. Ada das sollen, ada pula das sein.

Tulisan ini sekedar membuat pe(me)ta(an) di antara para Kompasianer melalui berbagai tulisan mereka. Beberapa hari terakhir ini, beberapa Kompasianer saling berbaku tulisan, sehingga peta dinamis itu muncul ke permukaan. Terlalu sayang untuk diabaikan begitu saja, tanpa ditorehkan ke dalam tulisan ini. 

Harapan saya, Kompasiana dapat menjadi blog yang semakin menyenangkan untuk menulis. Baik penulis yang baru satu jam yang lalu maupun yang sudah bertahun-tahun menjadi Kompasianer, mereka semua dapat mengungkapkan ide melalui banyak tulisan secara nyaman dan membahagiakan. Saling merdeka dan memerdekakan dalam hubungan tanpa status ini.

Semoga berkenan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun