Harapan ketiga terkait dengan praktek media online itu membajak tulisan-tulisan Kompasianer. Harapannya adalah agar Kompasiana bergerak membela Kompasianer. Upaya institusional itu akan lebih didengar ketimbang protes para Kompasianer kepada media pembajak itu.
Sungguh menjadi sebuah ketidakadilan struktural jika Kompasiana ---sebagai blog asal tulisan-tulisan dan bernaungnya para penulisnya--- hanya diam saja.
Diamnya Kompasiana dapat dianggap sebagai 'ijin' bahwa media lain bisa bertindak seenaknya terhadap penulis dan tulisan di blog terbesar di kawasan Asia Tenggara ini.
Ketiga harapan itu saling terkait. Terpenuhinya harapan ketiga dapat menjadi jaminan bagi tercapainya harapan pertama dan kedua. Setidaknya, harapan itu yang biasanya dipancangkan penulis optimis.
Apakah tidak ada kemungkinan lain. Tentu saja ada. Bagi penulis pesimis, semua tetap berjalan seperti biasa, seperti seolah tidak terjadi apa pun. Sebagaimana dia memandang tulisannya memiliki pembaca atau tidak.
Kenyataan pasti lebih luas daripada sekedar penulis yang optimis dan pesimis itu. Masih ada kenyataan lain yang perlu dilihat lagi untuk disisipkan di antara kedua sifat dan ketiga harapan penulis itu.
Semoga berkenan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI