Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Selain Memetakan Masalah, Apa Manfaat Lain dari Membaca dan Menulis?

16 Mei 2021   17:54 Diperbarui: 17 Mei 2021   08:13 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 
Kedua, membaca itu seperti mewarnai pikiran kita dan, selanjutnya, menampilkannya tanpa kehilangan pandangan kita sendiri. Membaca menambah pengetahuan kita dari banyak sudut pandang berbeda. Dari banyaknya pandangan itu, kita dituntut untuk bisa memilih posisi kita mengenai sebuah isu atau masalah tertentu. Manfaat kedua ini merupakan kelanjutan dari yang pertama. Bacaan tidak sekedar mendorong pembaca melakukan pemetaan masalah, namun secara lebih lanjut juga menjelaskan posisi-nya melalui tulisan. 

Tidak menjadi persoalan apakah penulis itu setuju atau menolak mengenai sebuah persoalan. Namun yang lebih penting adalah bahwa pendapat setuju atau menolak itu perlu disertai data. Tanpa data yang jelas dan reliable, pendapat itu hanya asumsi tanpa dasar.

Dengan memakai contoh yang sama, pembaca lain misalnya menemukan banyak data yang membuat pembaca itu berpandangan bahwa penyebab domestik dan internasional itu tidak bisa berdiri sendiri dalam menjatuhkan pemerintahan Orde Baru. Pembaca ini bisa saja menamakan penjelasannya yang berbeda itu dengan nama intermestik atau internasional-domestik.

Manfaat ketiga. Semakin banyak pengalaman dalam membaca dan menulis dapat menjadikan seseorang memiliki pengetahuan (knowledge). Bahkan dalam tahapan akademik tertentu, seseorang dengan pengalaman di bidang tertentu dapat menghasilkan otoritasi di bidang tertentu. Misalnya, pakar yang authoritative mengenai politik Indonesia bisa menunjuk pada Vedi Hadiz (oligarki), Ariel Heryanto (pop culture), Azumardi Azra (Islam dan politik), dan seterusnya. Hal yang sama juga bisa diterapkan di bidang-bidang lain, baik untuk pakar Indonesia maupun orang asing (Indonesianist)

Dari tiga manfaat itu, seseorang yang terbiasa membaca dan menulis mendapatkan banyak hal yang tidak ternilai. Ada kata-kata bijak soal ini, yaitu: knowledge is power (pengetahuan adalah kekuasaan). Maksudnya, pengetahuan adalah sumber bagi kekuasaan, seperti harta, tahta, dan senjata. Namun demikian, pengetahuan itu bukan harta dalam bentuk uang atau materi pada umumnya; pengetahuan tidak memberikan tahta dalam bentuk kedudukan atau posisi; Pengetahuan juga bukan merupakan senjata dalam rupa alat untuk melukai, atau malah membunuh, orang lain.  

Lebih dari semua itu, kegiatan membaca dan menulis memberikan values atau norma atau perspektif atau sudut pandang tertentu mengenai sebuah isu bagi seseorang. Dengan sudut pandang yang khas atau berbeda itu, seseorang memiliki identitasnya yang berbeda dari orang lain. Sebaliknya, dengan membaca dan menulis pula, orang dapat memahami perbedaan atau keanekaragaman. 

Selanjutnya, perbedaan itu bukan berasal dari latar belakangnya, namun lebih didasarkan pada pandangan atau pendapatnya.

Selamat membaca dan menulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun