Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Orang-orang Ini Tetap Bekerja Pas Lebaran, Apa Saja Pekerjaannya?

10 Mei 2021   23:18 Diperbarui: 11 Mei 2021   21:03 1320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Raya Lebaran atau Idul Fitri adalah momentum yang paling ditunggu-tunggu oleh umat Islam setelah sebulan berpuasa. Semua orang mempersiapkan diri menyambut hari terbaik itu. 

Lebaran dijadikan hari yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga. Bagi orang-orang yang bekerja di luar kota atau negara lain, Lebaran menjadi momentum untuk pulang kampung atau mudik. Di hari suci itu, mereka ingin berjumpa lagi dengan anggota keluarga di kampung halaman selama beberapa hari. 

Untuk menyambut hari besar ini, negara menetapkannya sebagai hari libur nasional. Lalu, kantor-kantor menerapkan aturan libur itu kepada para karyawannya. 

Namun demikian, ada profesi yang tidak dapat menikmati Lebaran bersama keluarga di rumah. Tugas atau jenis pekerjaan yang khusus menyebabkan beberapa profesi itu harus tetap masuk kerja pada hari Lebaran. Mereka biasanya bekerja di bidang seperti transportasi, pariwisata, pertahanan/keamanan, kesehatan dll.

Kebetulan, ada orang-orang di sekitar saya yang juga tetap masuk kantor alias bekerja pas Hari Raya Idul Fitri. 

Apa saja pekerjaan mereka?

1. Penjaga Pintu Rel Kereta Api

sumber gambar: akcdn.detik.net.id
sumber gambar: akcdn.detik.net.id

Pekerjaan ini adalah bagian dari sektor transportasi yang tetap masuk bekerja pada saat hari Lebaran. 

Tugas utamanya adalah menjaga palang pintu rel kereta api (KA) agar perjalanan KA dan transportasi lain (mobil, sepeda motor, bus, dan sebagainya) dapat lancar. Mereka ini tetap memeriksa rel kereta api, menaikkan, dan menurunkan palang pintu rel ketika kereta api melintasi jalan raya.

Walaupun KA memiliki jadwal tertentu, namun padatnya frekuensi lalu lintas KA mengharuskan ada penjaga pintu rel KA yang selalu siap sedia (stand-by) setiap saat. 

Sebelum pandemi, transportasi KA mengalami kenaikan. Walaupun pandemi mengurangi penumpang KA, tetap saja diperlukan penjagaan sesuai aturan standar dari penjaga pintu rel KA.

2. Pegawai atau karyawan toko atau mal

Sektor jasa ini biasanya tutup di pagi hari pada saat sholat Ied. Lalu, mal atau pertokoan buka pada jam 10.00 atau 12.00. Walaupun pandemi Covid-19 telah mengurangi jam buka sektor ini, mereka tetap buka pada hari besar umat Islam. 

Pengaturan karyawan yang masuk tentu saja dilakukan. Walaupun pandemi telah mengurangi jumlah pengunjung atau pembeli, mereka tetap saja masuk kerja saat Lebaran. Protokol kesehatan tentu saja harus mereka jalankan pada saat bekerja.

3. Pengurus Kuburan

Seperti dua pekerjaan di atas, bekerja di bagian pengurus kuburan atau makam mengharuskan tetangga saya harus tetap masuk kerja di hari Lebaran. Di hari baik itu, kuburan biasanya ramai pengunjung berziarah. 

Banyak orang yang terlibat dalam pengurusan makam ini, seperti pegawai pemerintah di kantor makam itu, juru kunci makam/kuburan, hingga orang-orang yang bertugas menggali kuburan. 

Pekerjaan mereka tidak mengenal waktu, apalagi hari libur. Walaupun ada giliran kerja, tetap saja mereka harus bersiap-siap jika diperlukan harus bertugas, termasuk di hari Lebaran.

Mereka telah menjalani pekerjaan ini selama lebih dari sepuluh tahunanan. Karena telah menjadi bagian dari pekerjaan, mereka itu tidak pernah mengeluh. 

Biasanya yang mengeluh adalah anak-anaknya yang masih kecil karena belum memahami pekerjaan itu. Sedangkan istri dan keluarga besar sudah maklum dengan situasi itu di hari Lebaran. 

Beradaptasi dengan pekerjaan

Ketiga pekerjaan itu hanya sebagian kecil saja dari banyak pekerjaan lain di berbagai bidang yang terpaksa tetap masuk kerja ketika hari Idul Fitri.

Pertanyaan yang sering muncul: 

Bagaimana mereka dan keluarga beradaptasi dengan pekerjaan? Apa saja yang mereka lakukan agar tetap bisa ber-Lebaran, walau harus masuk kerja? Salah satu hal penting yang bisa dipelajari dari peristiwa itu adalah toleransi.

Mereka telah melakoni pekerjaan itu selama bertahun-tahun, tanpa mengeluh. Sejak awal bekerja di sana, mereka telah menyadari risiko tetap masuk kerja pas hari-hari besar, baik hari besar agamanya sendiri maupun agama lain. 

Pada awalnya, situasi ini membuat mereka dan keluarga masing-masing terpaksa melakoni kenyataan itu. Lalu, mereka pun menjadi maklum dan memahami situasi masing-masing.

Kebetulan saja di pekerjaan-pekerjaan itu, kebanyakan karyawannya beragam dalam hal agama. Ada toleransi atau kesepahaman untuk mengatur di antara mereka sendiri, jika harus masuk kerja pas Lebaran. 

Di sini, toleransi tidak hanya terjadi di antara para pegawai atau karyawan yang berbeda agama, namun juga di antara sesama yang beragama Islam.

Selain itu, tantangan ini juga diantisipasi dengan cara, misalnya, yang senior diizinkan mengikuti sholat Ied di rumah, lalu masuk kantor. Sementara itu, pegawai junior atau anak bawang tetap masuk dan sholat Ied bersama teman-teman sekantor di masjid atau tempat sholat di sekitar kantor.

Sementara itu di pekerjaan kedua, pengaturan karyawan masuk di hari Lebaran lebih leluasa karena kebanyakan masih berusia muda. Ada juga situasi bahwa biasanya karyawan Muslim masuk kantor di shift atau giliran jaga/masuk yang siang atau sore, sehingga bisa menjalankan sholat Ied dan menikmati suasana Lebaran di rumah. Sementara itu, karyawan yang non-Muslim masuk seperti biasa di shift pagi.

Kalaupun ada yang masuk pagi, mereka biasanya mengikuti sholat Ied di sekitar mall atau pertokoan. Sekali lagi, ada kebiasaan bahwa karyawan anak bawang atau yang rumahnya dekat kantor yang diminta melakukan itu. 

Tidak ada paksaan dalam menjalankan situasi seperti itu, namun ini adalah situasi yang saling memahami. Situasi itu biasanya sudah menjadi kebiasaan dan menjadi bagian dari toleransi di antara karyawan.

Pada bidang-bidang pekerjaan atau profesi tertentu, bekerja pada saat Lebaran bukanlah sesuatu yang baru. Dalam kondisi itu, aturan main untuk masuk kerja di hari Lebaran atau hari besar agama lainnya sudah menjadi kebiasaan yang berlaku dan tidak dipermasalahkan. Yang terjadi adalah permakluman atau saling memahami situasi ini. 

Walaupun harus masuk kerja saat Lebaran (termasuk ketiga pekerjaan itu), mereka tetap masih bisa menikmasi hari raya Lebaran bersama keluarga secara virtual melalui hape atau peralatan elektronik lainnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun