Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Belajar Berorganisasi dari Geng Sekolah

1 Mei 2021   00:22 Diperbarui: 5 Mei 2021   03:05 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: swarakampus.com

Geng sekolah atau kuliah merupakan sebuah kenyataan yang tidak bisa dielakkan. Sifat manusia yang berkelompok telah mendorong para murid atau siswa sekolah (bisa SMA atau SMP, dan, bahkan SD) dan juga mahasiswa membentuk kelompok-kelompok atau geng.

Apalagi orang Indonesia yang cenderung takut atau khawatir untuk berbeda dengan yang lain, maka pengelompokan dalam istilah geng menjadi semacam solusi.

Pengalaman bergabung dengan geng sekolah atau kuliah lebih didorong oleh hobi atau minat yang sama. Hobi main musik, naik gunung, atau main ke rumah teman menjadi sebagian dari alasan membentuk geng sekolah. 

Semasa sekolah, anggota geng biasanya laki-laki semua atau perempuan semua. Usia pertumbuhan, khususnya di masa SMA, biasanya lebih mendorong muncul geng-geng khusus itu. 

Sementara itu, geng-geng yang didasarkan pada kegiatan sekolah, seperti paduan suara, grup band, menari, teater, memiliki anggota yang cenderung campuran murid-murid lelaki dan perempuan. 

Sementara itu, kehidupan per-geng-an di masa kuliah lebih bersifat longgar. Jam kuliah yang tidak seharian penuh dan tidak selalu tiap hari telah mendorong mahasiswa lebih leluasa memilih kelompok atau geng. 

Ada banyak faktor yang membuat mahasiswa menjadi lebih bebas untuk bergabung dengan geng atau kelompok tertentu dalam aktivitas akademis dan non-akademis.

Berbeda dengan masa sekolah, kuliah di lain kota memberikan arti penting mengenai "pindah" rumah dari Semarang ke Yogyakarta. Belajar di kampus di kota lain lebih memberikan kebebasan berekspresi sebagai mahasiswa di kampus terbesar di kota ini. 

Faktor mengenai jauh dari orangtua menjadi penting untuk menentukan banyak atau sedikitnya aktivitas non-akademis. 

Sementara itu, aktivitas akademis telah diatur secara langsung melalui perkuliahan dan pengelola jurusan atau fakultas. Perkuliahan antara 20-24 SKS membuat mahasiswa harus mempertimbangkan secara cermat pilihan aktivitas non-akademis dan waktu yang dihabiskan untuk kegiatan itu. 

sumber: swarakampus.com
sumber: swarakampus.com
Pengalaman bergabung dengan geng-geng sekolah dan kuliah itu telah mengajarkan beberapa skills berorganisasi.

Pertama, kedisiplinan 

Sikap disiplin ini bisa berupa kehati-hatian agar kegiatan non-akademik tidak mengganggu perkuliahan. Kemampuan membatasi intervensi kelompok atau geng ini sangat penting agar tujuan utama yaitu kuliah tidak teralihkan oleh kegiatan non-akademik. 

Sekali saja ceroboh, misalnya membolos kuliah, maka bisa keterusan "menikmati" absen kuliah.

Kedua, kemampuan mengatur waktu

Skill penting kedua dari per-geng-an di masa sekolah dan kuliah adalah time management (mengatur waktu). Geng-geng tertentu kadang kala menguras waktu kuliah. 

Apalagi jika geng tersebut memiliki kegiatan di luar kota dan harus menginap selama beberapa hari. Pelatihan kepemimpinan atau penguatan kapasitas dalam bidang organisasi biasanya menyita waktu dari hari Jumat hingga Minggu. 

Ketiga, kepemimpinan

Keterampilan mengenai kepemimpinan ini menjadi terasah ketika geng atau kelompok memiliki struktur organisasi yang baik. Posisi di dalam organisasi dari anggota biasa hingga menjadi koordinator biasanya mengikuti banyaknya semester yang telah ditempuh. 

Walaupun pada kasus tertentu, ada beberapa mahasiswa yang memiliki talenta menjadi pemimpin. Dengan struktur yang teratur itu, seorang mahasiswa akan secara tidak langsung terasah jiwa kepemimpinannya.

Keempat, networking

Networking atau jaringan pertemanan menjadi manfaat penting yang diperoleh dari dunia per-geng-an ini. Pertemanan ini melatih solidaritas dan kerja sama di dalam kelompok. Melalui jaringan pertemanan ini, banyak hal dapat muncul dan berkembang, seperti kerjasama atau saling informasi lowongan kerja setelah lulus kuliah.

Keempat skills berorganisasi itu menjadi skills dasar yang secara tidak disadari diperoleh ketika kita bergabung dengan kelompok atau geng. Semua itu sangat berguna dan, bahkan bisa menjadi dasar bagi mahasiswa ketika lulus kuliah. 

Dunia kerja dan kompetisi kehidupan seringkali melibatkan keempat kemampuan yang diperoleh dari aktivitas dalam banyak kelompok atau geng pada masa sekolah atau kuliah. 

Kemampuan berinteraksi sosial dan menanggapi berbagai persoalan kadangkala ditentukan oleh sejauh mana seseorang memiliki skills yang diasah di dalam dinamika kelompok atau geng-geng di masa sekolah atau kuliah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun