Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Nostalgia Masa Kecil, Boleh Main Lebih Lama Agar Bisa Puasa Seharian

19 April 2021   23:57 Diperbarui: 20 April 2021   00:38 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTlmGM2zRcKQ6azOa6CZQ4GfyPF5mA3AaWrvQ&usqp=CAU

Bagi anak-anak, bulan puasa penuh berkah itu artinya lebih banyak main-mainnya di sore hari hingga bedhug Maghrib. Bahkan jika orang tua (ortu) membolehkan, anak-anak maunya mainan seharian. 

Nostalgia bahwa anak-anak malah dibiarkan untuk bermain bersama selama bulan Puasa ini menjadi menarik. Saya baru menyadarinya ketika sudah dewasa mengenai ijin ortu itu. 

Di satu sisi, ortu tidak mau direpotkan dengan anak-anaknya yang ramai dan cari gara-gara ketika di rumah. Padahal mereka sedang mencoba menjalankan ibadah puasa. Ketimbang sibuk memarahi anak di rumah, mereka menyuruh anak mereka bermain bersama teman-teman sekampung.

Di sisi lain, ijin itu ternyata agar anak-anak bisa berpuasa seharian penuh. Dengan bermain, fokus anak-anak lebih ke permainan dan teman-teman mereka. Mereka pun asyik bermain hingga bedhug atau sirene buka puasa berbunyi.

Begitulah situasi bulan Puasa di kampung saya di masa kecil di ibukota Jawa Tengah, Semarang. Sebuah kampung di sebelah Utara ke arah pelabuhan. Penduduknya sangat plural dari etnis Tionghoa dan Jawa. Agamanya Islam, Katolik, Kristen Protestan, Budha, dan kepercayaan Konghucu (tidak diakui di jaman Orde Baru). 

Lalu, banyak anak seusia saya yang begitu menikmati bulan Ramadhan, walau tidak beragama Islam. Ada tujuh hingga sepuluh anak laki-laki di kampung waktu itu. Tanpa meributkan perbedaan agama, anak-anak hanya sibuk bermain. 

Ketika bedhug langgar kampung berbunyi, semua anak itu pulang ke rumah. Seolah semua puasa, mereka pun ikut-ikutan berbuka puasa di rumah masing-masing.

Yang namanya anak-anak, semua senang bermain bersama. Apalagi jika bulan Puasa berbarengan dengan liburan sekolah, maka kegiatan tiap hari adalah bermain dan bermain. Biasanya kami bermain di sore hari. 

Kadang-kadang kami bisa juga bermain bersama teman-teman di sekampung mulai dari subuh hingga azan magrib menjelang. Lokasi bermain hanya di sepanjang kampung. Karena itu, orang tua merasa aman membiarkan anak-anak mereka bermain seharian.

Kenangan kembali ke masa kecil di bulan Ramadhan selalu berujung pada macam-macam permainan anak-anaka. Pada umumnya permainan kami di kampung waktu itu adalah mercon rawit, engklek, dan petak umpet.

1. Mercon atau petasan rawit
Ramadhan terasa kurang afdol jika tidak menyalakan petasan. Bagi kami, anak-anak kampung dengan rumah yang bersebelah-menyebelah, petasan jenis rawit ini yang bisa dipilih. Sambil menunggu waktu berbuka puasa, kami biasanya membeli petasan jenis ini di jalan besar di ujung jalan kampung kami.

Waktu itu tidak ada pikiran bahwa menyalakan petasan atau mercon yang jenis rawit ini berbahaya. Walau jenisnya kecil, petasan jenis ini tetap berbahaya bagi anak-anak kecil. Namun yang namanya anak-anak, mereka bermain petasan cabe rawit yang sepanjang dan sebesar korek api dengan santainya. 

Biasanya permainan petasan rawit ini hanya bertahan paling lama satu minggu pertama bulan puasa. Suaranya petasan rawit ini seringkali mengagetkan para orang tua di rumah. Apalagi ketika anak kecil yang paling nakal membawa lari rentengan petasan rawit itu. Selama anak itu berlari, selama itu pula mercon itu meletus. Akibatnya, banyak orang tua langsung ke luar rumah sambil geleng-geleng kepala. Mereka gemes dan memarahi anak-anak.  

2. Mainan petak umpet
Permainan kedua adalah petak umpet. Permainan sangat disenangi anak-anak kampung. Kalau petasan rawit hanya dimainkan anak laki-laki, maka petak umpet ini biasanya dimainkan bersama anak laki-laki dan perempuan. Ada lebih banyak anak-anak yang bermain petak umpet ini. Keseruannya juga terasa sekali.  

Walaupun bisa memainkannya di dalam ruangan, wilayah di luar ruangan di sepanjang jalan kampung biasanya menjadi arena permainan. Dalam permainan ini, ada saja anak-anak nakal yang bersembunyi, lalu langsung pulang. Tanpa memberitahu teman-temannya yang lain, sehingga biasanya menimbulkan persoalan di antara mereka. 

Biasanya saking senangnya bermain, kami bisa bermain hingga waktu berbuka puasa. Jadinya, kami tidak menyadari bisa berpuasa seharian. Masih ada permainan lainnya, seperti bermain engklek, yang cukup disukai kebanyakan anak perempuan. 

Melalui permainan-permainan itu, kami di kampung bisa bersuka ria menikmati bulan Puasa dengan berpuasa seharian secara tidak sengaja. Memang kebetulan bisa berpuasa seharian itu tidak selalu bisa berlangsung tiap hari. 

Yang jelas, nostalgia di masa kecil itu memang menarik dan mengaasyikan, suasana di masa lalu seolah hadir lagi dan membuat saya tersenyum-senyum sendiri.

Selamat menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun