Bisa dimaklumi, sepanjang bulan puasa itu warung-warung kost mengubah jam buka dari jam 3an subuh. Ketika sarapan jam 8an, lauk biasanya sudah menipis pilihannya dan tidak bisa seenaknya mengambil nasi.Â
Warung gudeg di belakang kost yang seporsi Rp 200 sudah mendapatkan lauk telur separuh itu pun tetiba malah tutup jam 7 pagi. Ketika teman kost makan sahur, saya pun ikut ke warung gudeg itu.
Begitulah alasan ikut berpuasa yang ternyata menimbulkan hasil tak terduga. Salah satunya adalah uang saku bulanan Rp 30ribu itu ternyata masih sisa! Lumayan. Kondisi keuangan itu menjadi berlebih bagi teman-teman yang berpuasa.Â
Ada beberapa pelajaran penting dari situasi di masa "Piye, enak jamanku to?" itu bagi anak atau mahasiswa kost.Â
Pertama, bulan Puasa tidak perlu menambah pengeluaran baru. Selama bulan puasa, pengeluaran makan siang bisa masuk ke tabungan. Bahkan kadangkala ada 'drama' tidak bangun pas sahur.Â
Bisa dibayangkan jika tabungan uang saku makan siang itu utuh hingga hari Lebaran. Baju baru atau oleh-oleh buat bapak dan ibu di rumah bisa menjadi bayangan mahasiswa kost pada waktu itu, ketika mereka pulang menjelang hari raya Idul Fitri.
Kedua, bulan puasa biasanya menghadirkan banyak kegiatan buka puasa bersama. Walau tidak selalu berharap, namun undangan itu ada saja. Seminggu ada setidaknya satu hingga dua undangan berbuka puasa.Â
Organisasi kampus, jurusan, atau bapak/ibu dosen yang berbaik hati mengundang berbuka puasa bersama. Bertambah lagi tabungan pribadi karena tidak perlu membeli makan malam untuk berbuka puasa.
Ketiga, kenyataan itu biasanya membuat kami membuat acara berbagi kebahagian dan kebersamaan dengan panti asuhan di sekitar kampus atau kost. Kegiatan sederhana namun rutin tiap tahun ini menjadi penting untuk mengasah jiwa sosial dan spiritual para anak kost di sepanjang bulan puasa.Â
Pada jaman itu, masih terlalu sedikit atau belum ada orang atau mahasiswa yang beramai-ramai berjualan atau berbagi takjil di pinggir jalan di seputaran kampus. Memang ada di daerah-daerah seperti Kauman atau Jogokaryan, tapi itu jauh dari lokasi kost. Kegiatan-kegiatan buka puasa bersama belum sebanyak di masa sekarang hingga sebelum pandemi ini.
Sekali lagi ini bukan untuk membandingkan situasi kini dan jadul semasa menjadi anak kost, namun lebih memberikan gambaran kenyataan pada saat itu.Â