Pertama, memahami kebaruan
Dosen anak bawang itu ibaratnya sebuah kebaruan atau novelty di dunia akademik. Para senior yang berpandangan seperti ini layak mendapat perhatian dari dosen anak bawang.Â
Senior ini memahami kebaruan tidak hanya dalam penelitian, namun kehidupan keseharian mereka, termasuk keberadaan dosen baru itu.
Dunia ini sudah berubah, sehingga tantangan yang muncul pun berbeda. Karena itu pula, dosen baru yang muncul pun bisa sangat berbeda dengan para senior itu ketika mereka memulai kariernya dulu pada 10, 20, atau bahkan 30 tahun yang lalu.Â
Jaringan dan informasi di internet pada masa lalu tidak semasif pada masa kini. Demikian pula networking, misalnya, para dosen anak bawang itu sangat berbeda dari para seniornya.
Tantangan ini menimbulkan peluang-peluang baru yang perlu disikapi dengan perilaku berbeda dengan masa lalu. Kehadiran dosen anak bawang itu menjadi bagian dari upaya menggapai peluang baru itu.Â
Setiap dosen memiliki zaman atau momentum keemasannya sendiri-sendiri. Demi masa depan jurusan, maka momentum keemasan dari dosen-dosen di sebuah jurusan perlu dimanfaatkan sebaik mungkin.Â
Salah satunya melalui dosen-dosen anak bawang itu. Tugas ini memerlukan dosen senior yang mampu memperhatikan"isi" dari para anak bawang itu.
Kedua, membimbing
Pada awal menapakkan kakinya di kampus, seorang dosen anak bawang atau junior akan menghadapi banyak kenyataan baru. Dari gedung kuliah, ruang jurusan atau program studi, nama-nama pejabat rektorat-fakultas hingga dosen-dosen di jurusan.Â
Ada berbagai macam aturan main dari peraturan kepegawaian hingga urusan perkuliahan. Apa saja yang bisa dan tidak bisa dilakukan. Akhirnya adalah soal hak dan kewajiban dosen muda atau anak bawang itu.