7. Tak satupun yang aku sesali
Hanya membuatku smakin terlatih, oh.
... Kembali ke lirik nomer 4.
Ceritanya mas Dab sangat suka lagu ini. Grup The Rain dari Jokja ini memang salah satu andalannya. Ini juga menambah keanehan mas Dab. Dengan personalitas seperti itu, mas Dab menyukai kelompok band yang liriknya membuat hati ambyar, tapi tetap maskulin. Tangguh, tatag, dan teguh, walau hatinya dipaksa terlatih patah hati.
Secara penampilan, mas Dab memang tampak unik. Walau pendiam, ekspresinya muncul dalam bentuk simbol-simbol. Badannya yang tegap dan atletis menjadinya korban perilaku cat calling dari para mahasiswi di kampusnya.Â
Apalagi tunggangan mas Dab adalah motor si Pitung yang kuno dan terawat bersih setiap kali diajak ke kampus. Dua faktor itu menjadi daya tarik mas Dab, selain prestasi akademiknya.
Migrasi hati dari satu kekasih ke kekasih lain menjadi obsesi mas Dab. Tujuannya hanya satu: harus punya pacar yang mendampinginya pada saat wisuda! Karena itulah mas Dab sudah lupa rasanya lara diputus cinta pertamanya dan selanjutnya.Â
Entah apa penyebabnya. Tau-tau kekasih pertamanya tak mau ketemu lagi. Mas Dab mengalami PHK atau putus hubungan kasih sepihak.
PHK selanjutnya terjadi dengan cara demokratis demi meniru semangat reformasi 1998. PHK dengan cara baik-baik, saling berterimakasih atas perjumpaan cinta. Bertemu dengan cara baik, begitu pula perpisahan cinta harus dilakukan secara baik-baik pula.
Mereka bahkan saling mendoakan agar menemukan cinta selanjutnya yang berjangka panjang:) Mas Dap pun semakin terlatih berpatah hati dengan segala resikonya.
Berteri makasih atas pengalaman diputus cintanya dan berusaha menemukan cinta lainnya. Itu menjadi pertaruhan mas Dab demi hari wisuda sarjana-nya.Â
Bagi mas Dab, sangat tidak masuk diakal siapa pun jika dia sampai gagal mendapatkan satu hati dari total 10.000 mahasiswi di kampusnya!