Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Myanmar: Demonstrasi Membesar, Tetapi Militer Masih Mendapat Pengakuan Internasional

9 Februari 2021   15:44 Diperbarui: 9 Februari 2021   15:50 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Imun dari Tekanan Internasional
Dukungan internasional terhadap deminstrasi pro-demokrasi Myanmar sekakigus berarti tekanan internasional terhadap pemerintahan militer Myanmar. Meskipun begitu, beberapa negara lain menunjukkan dukungan secara tidak langsung kepada  militer Myanmar.

Dari AS, Presiden Joe Biden mengancam bakal menjatuhkan sanksi jika Aung San Suu Kyi dan pemimpin lainnya tak dibebaskan. Lalu, Paus Fransiskus pada Minggu (7/2/2021) meminta militer mengedepankan jalan demokrasi, sembari memberi dukungan bagi rakyat Myanmar.

Sekanjutnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui Sekretaris Jenderalnya, Antonio Guterres, menyatakan "keprihatinan yang besar" atas perkembangan tersebut dan meminta semua pihak untuk menghormati "hasil pemilihan umum 8 November". Kedua pihak harus mematuhi norma-norma demokrasi dan menentang segala upaya untuk mengubah hasil pemilu November 2020 lalu.

Sebaliknya, beberapa negara bersikap diam atau tidak memberikan kecaman keras, sehingga junta militer dapat dikatakan kebal terhadap tekanan dan boikot internasional. Militer Myanmar memperoleh dukungan itu dari China, Rusia, dan respon lunak dari ASEAN (termasuk negara-negara anggotanya).

China berharap semua pihak di Myanmar dapat mengelola perbedaan mereka dengan baik di bawah konstitusi dan kerangka hukum, serta menegakkan stabilitas, setelah militer merebut kekuasaan dalam kudeta. Sementara itu, hingga pertegahan minggu lalu, China dan Rusia masih menolak memberikan dukungan kepada Dewan Keamanan (DK) PBB mengeluarkan pernyataan resmi untuk mengutuk aksi kudeta militer di Myanmar.

Sementara itu, anggota ASEAN memiliki sikap berbeda. Beberapa negara lebih memilih untuk tidak terlibat langsung dan menganggap kudeta militer Myanmar sebagai urusan dalam negeri. Pandangan itu muncul dari Thailand, Kamboja, dan Filipina. Lalu, Kementerian Luar Negeri Singapura mendesak semua pihak untuk menahan diri dan bekerja menuju hasil yang positif dan damai. Komentar yang senada juga digaungkan oleh Malaysia dan Indonesia.

Hingga sekarang, ASEAN sebagai satu-satunya organisasi regional di kawasan Asia Tenggara masih belum mengeluarkan pernyataan. Banyak pihak mengharapkan ASEAN ikut turun tangan soal masalah kudeta militer yang terjadi di Myanmar, tetapi ASEAN tidak bisa berbuat banyak terkait hal tersebut.

Pengakuan
Persoalan lebih lanjut muncul, yaitu dampak dari sikap 'diam' China, Rusia, dan lunaknya sikap beberapa negara anggota ASEAN dan organisasi ASEAN itu. Sikap lunak atau lembek itu dapat dimaknai sebagai 'penerimaan' mereka terhadap kudeta militer di Myanmar. Pemerintahan militer Myanmar yang berkuasa sekarang dapat beranggapan bahwa mereka mendapatkan 'legitimasi' atau pengakuan internasional atas kebijakan kudeta mereka.

Posisi tawar pemerintahan militer Myanmar terhadap rakyatnya akan semakin besar ketika masyarakat internasional, seperti ASEAN, mengundang untuk hadir forum-forum ASEAN. Setiap tahun ASEAN menyelenggarakan Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) yang dihadiri oleh kepala negara atau pemerintahan. Kehadiran pemimpin militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, tentu saja dapat berimplikasi pada meningkatnya posisi politiknya di tingkat domestik maupun regional di Asia Tenggara.

Ini menyebabkan tekanan internasional tidak memiliki dampak politik kepada junta militer Myanmar karena masih ada negara-negara lain yang 'mengakui' kudeta dan pemerintahan militer Myanmar.

Semoga demonstrasi yang membesar dan kekebalan militer Myanmar tidak menimbulkan korban. Demokrasi harus tetap diperjuangkan tanpa kekerasan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun