Kata ‘kudeta’ semakin populer saja dalam beberapa hari ini. Militer Myanmar dan AHY-nya Partai Demokrat memakai kata ‘kudeta’ untuk kepentingan politik masing-masing. Kini, giliran saya memakainya sehubungan dengan kecenderungan perilaku pemilik Chelsea, Roman Abramovich, melakukan kudeta terhadap manager atau pelatihnya.
Berbeda dengan pelatih klub-klub lain di Liga Premier, setiap pelatih Chelsea harus berhadapan dengan kemungkinan kudeta itu, termasuk Thomas Tuchel. 11 orang pelatih Chelsea —-sejak dibeli Roman pada 2003— sudah merasakan kejamnya kudeta Roman.
Rezim Tuchel di Chelsea FC secara resmi dimulai Selasa (26/1/2021) lalu dengan menggantikan Frank Lampard di kursi pelatih. Baru satu hari, Tuchel harus memulai debutnya yang berakhir imbang dengan Wolverhampton Wanderers pada pekan ke-20 Liga Inggris di Stamford Bridge. Lalu, Chelsea mampu mendapat tiga poin dengan mengalahkan Burnley pada Minggu (31/1/2021) dengan skor 2-0.
Jumat dinihari besok, Liga Inggris di pekan ke-22 bakal menyajikan Derby London antara Tottenham Hotspurs vs Chelsea. Tuchel menghadapi ujian berat. Masa bulan madu eks pelatih PSG bersama tim barunya memang penuh tantangan.
Apalagi Tuchel harus berhadapan dengan pelatih Tottenham yang merupakan mantan pelatih Chelsea. Dia adalah Jose Mourinho, the Special One. Tuchel sudah merasakan psywar dari Mou soal perbedaan melatih Chelsea dan PSG.
Tuchel juga tak punya waktu banyak untuk menyiapkan tim pemainnya. Dua laga setiap minggu mengharuskannya memikirkan strategi yang berbeda dari pendahukunya. Setidaknya, iming-iming Roman dan suasana baru di Chelsea bisa menjadi modal bagus untuk melawan Tottenham.
Dukungan Roman
Belum 10 hari melatih Chelsea, Tuchel perlu merasa lega. Ketika ditanya mengenai reputasi Chelsea sebagai klub yang suka memecat pelatih, Tuchel mengaku tidak takut.
Pasalnya, ada indikasi Roman tampaknya lebih cocok dengan Tuchel ketimbang dengan Lampard. Roman berjanji siap membawa Erling Haaland dari Borussia Dortmund ke Chelsea. Syaratnya adalah Tuchel harus mampu membawa klub London tersebut lolos ke Liga Champions musim depan. Target itu menuntut Tuchel cukup membawa the Blues mencapai empat besar, tidak perlu menjuarai di Liga Primer Inggris.
Janji Roman menjadi suntikan dukungan bagi Tuchel. Iming-iming itu menjadi pertanda Roman makin percaya dengan Tuchel. Situasi ini beda dengan hubungan antara Roman dan Lampard. Hubungan mereka dikabarkan membeku menjelang pemecatan si manajer.
Padahal legenda Chelsea itu baru 18 bulan bertugas di Stamford Bridge. Pemecatan Lampard mengabaikan prestasinya di musim lalu yang mampu mengantar Chelsea bercokol di empat besar klasemen akhir Liga Primer Inggris. Bagi banyak orang, pencapaian yang impresif itu tidak seharusnya diganjar pemecatan. Namun semua itu tetap saja tidak bisa menyelamatkan Lampard dari kudeta Roman.
Suasana baru
Selain dukungan Roman, rezim Tuchel mulai diterima para pemain. Berbeda dengan Lampard, mantan pelatih Paris Saint-Germain itu memberikan peluang kepada pemain untuk berlaga.