Halo Diary, apa kabar?Â
Lama sudah tidak menyapamu. Biasanya lewat label saja. Kali ini, saya lewatkan tulisan ini di diary karena gaya tulisan yang lebih santai.Â
Tulisan ini mengulas soal menulis dan berjoget yang terinspirasi oleh tulisan pak Khrisna Pabichara. Saya tambahi self-rewarding agar tampak agak berbeda dari tulisan-tulisan milik beberapa Kompasianer.
###
Berjoget atau menari pada umumnya merupakan ungkapan kebahagiaan. Mungkin ada juga orang yang berjoget sebagai cerminan kesedihan, kegusaran, atau kegalauan. Namun di tulisan ini, saya lebih memilih yang membahagiakan, menyenangkan, menggembirakan sebagai proses paling ujung dari kegiatan menulis.Â
Itu adalah nasehat bijak dari penulis kaya-pengalaman, pak Khrisna Pabichara. Dengan nasehat itu, sebuah tulisan yang baru saja selesai ditulis itu bukanlah akhir dari segalanya. Masih ada titik akhir yang harus dilakukan, yaitu berjoget atau menari itu. Jogetan sebagai ungkapan kegembiraan dari proses menulis itu. Berjoget bisa menghilangkan penat setelah berkonsentrasi menulis selama beberapa waktu.
Oya, sebelum berkepanjangan ulasan ini, saya perlu jelaskan dulu secara singkat: apa itu self-rewarding? Pengertian sederhana dari self-rewarding adalah semacam apresiasi kepada diri sendiri karena telah menyelesaikan sebuah pekerjaan atau kegiatan. Di tulisan ini, berjoget menjadi self-rewarding.Â
Kita bisa saja memilih bentuk lain dari self-rewarding itu, misalnya membeli es krim favorit, menonton bioskop atau film tertentu, atau hal lain yang membuat kita memang pantas mendapatkannya setelah bekerja keras atau berhasil menyelesaikan sesuatu, seperti menulis.
Dengan cara itu hendak ditunjukkan bahwa menulis itu merupakan kegiatan yang menyenangkan, yang membahagiakan. Walaupun bagi saya, suasana hati yang menyenangkan itu bisa datang menjelang tulisan selesai. Jadi, bisa saja menulis itu diawali dengan rasa sedih, gusar, atau emosi apa pun yang meluap-luap.Â
Akibatnya, ada yang mengatakan menulis adalah kegiatan untuk move on dari situasi yang tidak menyenangkan menjadi menyenangkan. Mudahnya, menulis adalah sarana move on yang paling efektif dan menghasilkan sesuatu, yaitu tulisan. Dengan menulis, perasaan itu ditumpahkan ke dalam rangkaian kalimat dan alinea.
Begitu juga dengan kegiatan saya ini. Ada keinginan menggebu untuk menulis. Suasana hati kepengen sekali menulis. Ide tulisan ada bermacam ragam. Ada topik-topik pilihan di Kompasiana. Isu-isu hangat seperti AHY, kudeta militer Myanmar, vaksinasi dan vaksin, Abu Janda, Risma, klub sepakbola Chelsea FC, dan seterusnya. Masing-masing isu itu memiliki banyak sudut pandang yang bisa menghasilkan tulisan yang berbeda-beda. Jadi, ide itu sebenarnya melimpah ruah.