Pertama, dalam satu minggu pertama mereka harus segera mengenal ke 11 teman lain yang akan tinggal dan belajar bersama. Lalu, mereka juga harus mengenal beberapa orang di tempat tinggal dan kampus, termasuk situasi dan lokasi di tempat mereka tinggal dan belajar.
Ini situasi yang tidak mudah secara psikologis. Respon yang muncul bisa biasa saja mengikuti proses secara santai, tetapi ada juga peserta yang merespon secara emosional. Walaupun mereka adalah tamu, itu tidak berarti respon emosional mereka harus dipenuhi atau dilayani.
Kedua, masalah disiplin waktu. Bukan cuma orang Indonesia yang dikenal suka terlambat atau jam karet. Peserta program ini juga ‘menyesuaikan’ diri kita tinggal di sini.Â
Mereka meminta toleransi atas aturan-aturan yang ada. Misalnya mereka minta diijinkan datang terlambat dari ketentuan program mulai jam 09.00 pagi.Â
Permintaan ini tentu saja tidak bisa dipenuhi dengan alasan-alasan tertentu. Ada kecenderungan jika permintaan ini dipenuhi, mereka akan mencoba melakukan hal sama di aturan main lainnya.
Ketiga, beberapa peserta mencoba memanfaatkan posisi mereka sebagai peserta seolah lebih tinggi daripada pendamping. Apalagi mereka paham betul bahwa bahwa mereka akan menjadi aktor penting dalam diplomasi publik Indonesia di negara mereka.Â
Pada beberapa kasus, jika usaha itu tidak berhasil, peserta akan mencoba melakukannya kepada mahasiswa. Dalam hal ini, kita biasanya meminta mahasiswa untuk bersikap seperlunya saja untuk merespon permintaan peserta.
Tiga pengalaman di atas hanya sebagian saja. Ada kesulitan untuk menuliskannya secara lebih rinci, sehingga deskripsi umum ini diharapkan dapat memberi gambaran memadai.Â
Pada dasarnya situasi di lapangan tidak mudah ketika berkaitan dengan pelaksanaan program dan respon peserta. Ibarat bermain layang-layang, ada saat-saat melonggarkan benang agar layang-layang bisa terbang lebih tinggi, namun ada waktunya benang layangan ditarik karena situasi khusus, misalnya, mengharuskannya.
Selain itu, pengalaman tersebut hanya terjadi pada sebagian kecil peserta dan dalam situasi tertentu saja. Situasi kampus, banyaknya dosen-mahasiswa, dan suasana kota Yogyakarta menjadi pendukung penting bagi peserta untuk menjalani program dengan baik.Â