Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis Itu dari Kebiasaan Menjadi Kebisaan

31 Desember 2020   01:46 Diperbarui: 31 Desember 2020   01:49 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membiasakan diri untuk menulis dapat dianggap sebagai kemampuan awal yang perlu dimiliki oleh seorang penulis. Kebiasaan itu diyakini dapat menimbulkan kebisaan menulis.

Keinginan untuk bisa menulis itu menjadi salah satu motivasi saya berada di Kompasiana ini. Bagi saya, keuntungan bergabung dengan Kompasiana adalah kelimpahan tulisan bagus. Saya sangat merasakan keberuntungan itu dengan belajar dari berbagai tulisan itu. Salah satunya adalah belajar dari tulisan-tulisan Kompasianer yang menjadi peserta Kelas Kepenulisan Berbalas (KPB). 

Dari tulisan Zaldy Chan, misalnya, mengenai kursus ekslusif asuhan Daeng Khrisna Pabichara, saya bisa menemukan pernyataan menarik "Syahdan, kebisaan itu dimulai dari kebiasaan".

Dari pernyataan itu muncul ide membuat judul tulisan ini. Dari biasa menjadi bisa. Ini serupa dengan pepatah "Alah bisa karena biasa'. Semua berawal dari ke-biasa-an, lalu berujung pada ke-bisa-an. Ada proses untuk membiasakan diri menulis, sehingga menghasilkan tulisan. 

Salah satu cara agar kita mampu membiasakan diri dalam menulis adalah latihan menulis. Berlatih menulis sebagai sebuah kebiasaan dapat meningkatkan kemampuan untuk menulis. 

Kebiasaan adalah sesuatu yang biasanya dilakukan secara rutin. Lalu, bagaimana cara membiasakan diri menulis sehingga, pada akhirnya, bisa menghasilkan tulisan?  Rutinitas apa saja yang perlu dilakukan agar terbangun kebiasaan untuk menulis? 

Ada tiga faktor yang bisa membantu melatih kebiasaan untuk menulis. Membiasakan diri menulis di salah satu, salah dua, atau ketiga-tiganya dapat mendorong kebisaan untuk menulis.

1. Waktu
Waktu menjadi faktor penting untuk membiasakan diri dalam menulis. Setiap penulis memiliki waktu khusus untuk bisa menulis secara kusuk. Bisa di pagi hari setelah bangun tidur, seperti cerita Pak Tjiptadinata Effendi. Atau siang atau di waktu-waktu lainnya. 

Rasa nyaman untuk menulis di waktu-waktu khusus ini dapat menimbulkan kesadaran tentang kebisaan menulis. Dengan rasa nyaman itu, penulis bisa mengulang melakukannya pada waktu yang sama. Apalagi jika kebiasaan menulis di waktu khusus yang berulang itu dapat menghasilkan tulisan. 

Namun demikian, kebiasaan itu tidak dapat mengabaikan kenyataan lain bahwa ada penulis yang tidak perlumemiliki waktu khusus untuk menulis. Bagi penulis itu, setiap waktu bisa dipakai untuk menulis. Penulis ini terbiasa untuk bisa menulis setiap saat. Betapa menyenangkan jika bisa seperti ini ya. Mungkin anda termasuk yang bisa menulis setiap saat?

2. Tempat
Selain waktu, tempat menulis juga dapat dipakai sebagai pemicu untuk kemunculan kebiasaan penulis untuk menjalankan proses kreatifnya. Proses membiasakan diri untuk menulis di tempat yang dirasa nyaman menjadi penting bagi penulis.

Tempat-tempat sepi atau ramai, tertutup atau terbuka atau kombinasinya menjadi pilihan menarik untuk melatih kebiasaan menulis. Anda biasa menulis di tempat seperti apa? Saya sendiri terbiasa menulis opini di ruang terbuka, seperti di ruang keluarga di depan televisi. Ada juga penulis yang memiliki tempat khusus untuk menulis, misalnya di kamar mandi.

Pilihan tempat mana yang sesuai atau cocok dengan kita akan sangat tergantung pada kebiasaan kita masing-masing. Kemampuan untuk membiasakan diri pada tempat tertentu untuk menulis tentu saja berbeda-beda untuk setiap orang.

3. Tema/topik tulisan
Setelah waktu dan tempat, kebisaan menulis dapat dilatih dengan cara membiasakan diri pada tema atau topik khusus. Fokus pada tema atau topik tertentu dapat meningkatkan pengetahuan penulis secara khusus pada isu tertentu itu. 

Penulis didorong untuk terbiasa atau memiliki pengetahuan lebih banyak pada isu tertentu. Proses membiasakan diri pada isu tertentu ini membuat penulis menjadi ahli di bidang itu. 

Di Kompasiana, ada penulis tertentu yang membiasakan diri menulis puisi atau cerpen atau isu-isu aktual tertentu. Selain itu, ada banyak juga Kompasianer yang terbiasa mengeksplorasi kebisaan menulis di banyak kategori.

Ketiga faktor di atas bisa dicoba dipraktekkan jika seorang penulis belum pernah melakukannya. Siapa tahu kemampuan menulisnya meningkat. 

Namun demikian, sependek pengetahuan saya, seorang penulis setidaknya memiliki salah satu dari ketiga kebiasaan di atas. 

Apakah tanpa ketiga faktor itu, seseorang tidak bisa menulis? Tidak juga. Seorang penulis tetap bisa melakukan kegiatan menulisnya dengan kebiasaannya sendiri yang khusus, unik, dan berbeda dengan penulis lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun