Berakhirnya tahun 2020 ini mendorong saya untuk 'melihat' kembali bacaan saya selama bergabung di Kompasiana. Ketidaktahuan saya dalam dunia tulis-menulis membuat saya membaca beberapa tulisan di forum bersama ini demi mendapatkan ide untuk menulis dan belajar ketrampilan menulis.
Melalui tulisan ini, saya mencoba menawarkan optimisme kepada penulis pemula. Semangat tulisan ini adalah bahwa "menulis itu seharusnya membebaskan". Mengapa begitu? Karena masih banyak orang merasa terbelenggu ketika hendak memulai menulis. Banyak orang berpandangan bahwa menulis susah atau menakutkan.
Salah satu penyebab utama dari ketakutan orang ketika hendak menulis adalah belenggu aturan main dari bentuk-bentuk tulisan. Bayangan kesulitan bahwa menulis itu harus mengikuti aturan tertentu dengan bahasa Indonesia yang baku pula.Â
Pemakaian bahasa baku mungkin relatif atau tergantung dari bentuk, tempat pubikasi tulisan, dan pembaca. Tulisan untuk jurnal akademik tentu saja menuntut penggunaan aturan penulisan tertentu dan bahasa akademik. Dalam bahasa Inggris ada istilah English for academic purpose atau academic English. Tulisan untuk jurnal akademik itu pastinya berbeda dengan tulisan untuk Kompasiana.
Tulisan ini tidak membahas aspek politik, sosial-budaya, atau psikologis dari isu membebaskan dalam menulis, namun lebih membahas dari aspek tulis-menulis yang lebih sederhana dan praktis. Selain itu, saya bukan seorang ahli atau pakar dalam penulisan fiksi dan non-fiksi. Tulisan ini merupakan hasil pengamatan sederhana saya setelah selama 100an hari ini  ‘menyusup’ di Kompasiana.Â
Kompasiana adalah ‘hutan rimba’ tulisan yang membuat saya ‘berkelana’ di antara proses membaca, menulis, dan menghasilkan tulisan. Tujuannya adalah demi meluapkan kebebasan saya dalam menulis sesuatu yang saya belum tahu, sehingga memotivasi saya untuk membaca lebih banyak. Dengan cara itu, saya memanfaatkan Kompasiana semaksimal mungkin demi ikut mendukung pandangan saya bahwa menulis itu membebaskan.
Lalu, apa yang harus dilakukan agar menulis itu bisa membebaskan? Dalam tulisan ini, saya mengajak penulis pemula untuk melihat pada perkembangan bentuk-bentuk tulisan (baik fiksi maupun non-fiksi) di Kompasiana. Silakan membaca berbagai esai atau tulisan opini, cerita pendek (cerpen), puisi, novel, dan sebagainya di Kompasiana ini. Bagi saya, ada banyak tulisan yang ternyata tidak lagi ditulis sesuai pakem atau aturan main selama ini.Â
Saya melihat kecenderungan itu sebagai sebuah perkembangan menarik dalam dunia tulis-menulis di Kompasiana. Sebagai konsekuensinya, bentuk-bentuk tulisan berkembang menjadi semakin variatif. Perkembangan bentuk-bentuk tulisan (baik fiksi maupun non-fiksi) ini yang saya anggap sebagai tulisan yang membebaskan.Â
Saya mencoba mengelompokannya di bawah ini, yaitu:
1. Tulisan tidak harus berbentuk esai atau narasi.
Pada umumnya, sebuah tulisan berbentuk esai. Banyak orang membayangkan sebuah tulisan itu terdiri dari banyak kalimat dalam beberapa alinea. Padahal banyak tulisan mengenai resep atau saran atau tips melakukan sesuatu atau how to bisa mengambil bentuk poin-poin singkat dengan penjelasan seperlunya.
Tulisan mengenai cara menyalakan televisi, misalnya, biasanya ditulis dalam bentuk poin-poin yang lebih mudah dimengerti daripada dalam bentuk kalimat-kakimat panjang.