Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Diplomasi Indonesia Mendekati China Demi Kemandirian Vaksin

13 Desember 2020   04:33 Diperbarui: 13 Desember 2020   06:58 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://akcdn.detik.net.id/visual/2020/09/26/pabrik-vaksin-covid-19-china_169.jpeg?w=650

Kedatangan vaksin Sinovac dari China pada hari Minggu (06/12/2020) menjadi semacam pilar terpenting dari diplomasi Indonesia dengan China di bidang kesehatan di sepanjang 2020 ini. Kedekatan dengan China telah memberikan bukti nyata bagi Indonesia. Beberapa bulan yang lalu, Indonesia sudah mendapatkan vaksin Covid-19 itu dari perusahaan Sinovac China untuk diuji di BUMN Biofarma di Bandung.

Harapannya adalah jaminan pemerintah China bagi Indonesia untuk memperoleh vaksin itu ketika telah siap pada awal 2021 mendatang. Keberhasilan diplomasi vaksin Indonesia ini tentu saja membuat lega pemerintah dan masyarakat Indonesia yang tidak perlu kuatir lagi dengan persediaan vaksin Covid-19. Selain itu, Indonesia terus menegaskan bahwa penanganan pandemi dan jaminan menjamin ketersediaan vaksin itu di tingkat nasional merupakan bagian dari kedaulatan Indonesia di bidang kesehatan.

Ada beberapa catatan penting mengenai isu kedaulatan kesehatan ini, antara lain: pertama, diplomasi kesehatan Indonesia dilaksanakan beyond traditional diplomacy. Maksudnya adalah pelaksanaannya melalui partisipasi berbagai aktor dalam negeri, seperti Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Luar Negeri (Kemlu). Penanganan pandemi Covid-19 menjadi wilayah Kemenkes, namun diplomasi kesehatan merupakan ranahnya Kemlu.

Kedua, diplomasi kesehatan juga melibatkan kerja sama antara pemerintah dan non-state actors di tingkat nasional dan global dalam mengatasi masalah kesehatan. Peran aktor non-negara bisa dalam bentuk mendorong partisipasi masyarakat luas dalam penyebaran informasi mengenai kebijakan penanganan pandemi di Indonesia. Selanjut, isu pengembangan dan produksi vaksin dilakukan oleh BUMN Indonesia, seperti Bio Farma yang bekerja sama dengan BUMN China, yaitu Sinovac Biotech Ltd.

Diplomasi Kesehatan
Diplomasi vaksin menjadi sangat  strategis pada masa pandemi Covid-19 ini. Pandemi itu telah menyadarkan berbagai negara mengenai arti penting kesehatan bagi diplomasi sebuah negara. Diplomasi ternyata tidak lagi hanya berkisar pada persoalan politik-pertahanan dan ekonomi, namun juga berkaitan dengan isu-isu kesehatan, khususnya pandemi dan vaksin Covid-19.

Pemerintah Indonesia melalui Kemlu menjadi ketua insiatif Politik Luar Negeri dan Kesehatan Global (Foreign Policy and Global Health/FPGH) pada 2020 ini. Sepanjang tahun 2020 ini, Kemlu telah menjalankan diplomasi di tngkat internasional maupun domestik. Di tingkat internasional, Indonesia mengikat kerjasama dengan China untuk mengusahakan vaksin Covid-19 hingga tahap MoU hingga kedatangan vaksin di hari Minggu lalu. 

Selain itu, diplomasi vaksin Kemlu RI juga mampu menghubungkan berbagai BUMN dan lembaga penelitian Indonesia dengan berbagai lembaga penelitian atau BUMN di negara lain untuk berkolaborasi dalam penemuan, pengembangan, dan pengujian vaksin Covid-19. Mereka, antara lain, bekerjasama dengan Sinovac Biotech LtD.

Melalui kerjasama itu, Indonesia memperoleh jaminan atas akses tercepat pada vaksin itu dibanding negara-negara lain. 

Nasionalisme dan Multilateralisme Vaksin

Dalam perkembangannya, vaksin Covid-19 telah menjadi 'barang' paling diperebutkan oleh berbagai negara. Aspek strategis vaksin itu telah membuatnya dianggap sebagai 'game changer' dalam hubungan antar-negara dalam penanganan pandemi. Sebagai konsekuensinya, beberapa negara kaya terlibat berebut menjadi yang pertama dalam mendapatkan vaksin itu. Perilaku itu yang dikenal dengan nama 'nasionalisme vaksin'.

Di sisi lain,  beberapa negara lain dengan WHO dan konsorsium lembaga-lembaga penelitian juga berupaya keras melakukan hal sama dalam bentuk multilateralisme vaksin. Fenomena multilateralisme ini mewakili komitmen solidaritas global, yaitu penyediaan vaksin untuk semua warga dunia, tanpa dibatasi sekat-sekat nasional. Mereka mendorong peningkatan peran otoritas internasional, seperti PBB dan WHO agar lebih tegas dalam menjalankan peran globalnya.

Persaingan antara nasionalisme dan multilateralisme vaksin itu sebenarnya mengungkapkan kekhawatiran mendalam atas ketersediaan vaksin. Pada kenyataannya, semua negara harus menyadari bahwa kemampuan produksi berbagai perusahaan farmasi di China dan negera lain tidak akan mampu memenuhi kebutuhan penduduk seluruh dunia. Oleh karena itu, tantangan terbesar dalam diplomasi kesehatan global dan nasional adalah keterbatasan dalam persediaan vaksin.

Kemandirian Vaksin

Dalam konteks hubungan Indonesia dan China, vaksin Sinovac tidak dapat disangkal telah menjadi simbol kesuksesan diplomasi kedua negara. Pemerintah China melalui vaksin Sinovac bahkan berperan dalam mendukung pengembangan produksi vaksin Merah Putih milik Indonesia. Tujuannya adalah mempersiapkan kemandirian Indonesia untuk memproduksi sendiri vaksin Covid-19 itu.

Beberapa pertemuan sudah dilakukan antara Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dengan beberapa pimpinan China sejak awal penanganan pandemi Corona ini. Pertemuan bilateral secara virtual dan regional di tingkat ASEAN dengan China telah dilakukan di tengah ekskalasi konflik klaim di perairan Laut China Selatan (LCS). Pada pertemuan terakhir, Menlu RI bersama Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Indonesia Erick Thohir bertemu Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Hainan, China, pada Kamis (20/8/2020).

Pertemuan itu telah menghasilkan penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) antara Sinovac Biotech Ltd. dengan PT Bio Farma. MoU itu menandai tahapan baru dalam diplomasi vaksin antara kedua negara. MoU ini memungkinkan Indonesia memperoleh kepastian bahwa vaksin Covid-19 akan tersedia di Indonesia dalam waktu, harga, dan jumlah yang sudah pasti dan disepakati kedua pihak.

Selanjutnya, China malah memberikan lampu hijau agar perusahaan China berkolaborasi untuk menjadikan Indonesia sebagai hub manufaktur (manufacturing hub) untuk vaksin di Asia Tenggara. Pertemuan antara Menlu China Wang Yi dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan pada Senin (12/10/2020) menghasilkan kerjasama China dan Indonesia dalam penelitian, produksi dan distribusi vaksin, serta mendukung pertukaran antar lembaga penelitian medis terkait untuk membantu memastikan akses ke vaksin yang terjangkau di seluruh kawasan dan di seluruh dunia.

Pemerintah Indonesia juga telah melakukan pembelian vaksin Covid-19 ke dua produsen lain, yaitu, Cansino dan G42/ Sinopharm. Pada 2021 mendatang, Sinopharm menjamin penyediaan 50 juta (dual dose), Cansino 20 juta (single dose), dan Sinovac 125 juta (dual dose). Pemerintah berharap dapat mengamankan persediaan vaksin secara domestik sebanyak 290 juta vaksin Covid-19 pada 2021.

Berbagai upaya diplomasi ini memperlihatkan keinginan besar Indonesia melepaskan diri dari ketergantungan dengan negara lain. Indonesia telah membuktikan diri menjadi pemain aktif dalam berbagai forum kerjasama kesehatan. Meskipun demikian, diplomasi kesehatan, khususnya vaksin, diyakini masih akan menjadi tantangan besar bagi Indonesia di tahun 2021 dan seterusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun