Tulisan ini mencoba melihat skenario kembalinya AS menjalankan peran sebagai pemain dan pemimpin global dengan Presiden Joe Biden.
Sinyal kembalinya AS memimpin dunia semakin kuat ketika Presiden terpilih Joe Biden mengumumkan beberapa orang kepercayaannya ke publik. Tim kebijakan keamanan nasionalnya terdiri dari sejumlah diplomat dan pembuat kebijakan luar negeri veteran Pemerintahan Barrack Obama.
Meski demikian, pemilihan peran dan posisi global AS di masa Biden dihadapkan pada persoalan besar yang tidak ada pada masa pemerintahan Obama ketika Biden menjadi wakil presidennya, yaitu pertama, pandemi Covid-19. AS perlu memberi perhatian khusus pada masalah yang menjadi perhatian domestik dan global ini. Dunia berharap AS menunjukkan perhatian dan inisiatif globalnya dan, pada saat yang sama, Biden harus menunjukkan komitment lebih serius terhadap pandemi di tingkat domestik.
Kedua, meningkatnya hegemoni ekonomi China. AS perlu mempertimbangkan pola-pola kerjasama yang disesuaikan dengan peningkatan cengkeraman China dalam perdagangan bebas di Asia Pasifik melalui RCEP baru-baru ini. Beberapa hari yang lalu, pemimpin China Xi Jinping bahkan menyampaikan keinginannya bergabung dengan Trans Pasific Partnership (TPP) yang ditinggalkan AS pada 2018.
Walaupun demikian, kedua masalah besar itu tidak mengurangi optimisme terhadap kembalinya kepemimpinan global AS. Dunia bisa berharap bahwa AS akan memimpin sebuah inisiatif global melawan pandemi Covid-19. Walau pada kenyataannya, Biden akan fokus pada penanganan Covid-19 di tingkat domestik.
Lalu, mengapa kepemimpinan global AS tetap diperlukan dunia?
Kepemimpinan AS
Bagaimanapun juga, AS adalah salah satu dari empat negara pemenang Perang Dunia ke-2 bersama Inggris, Cina, dan Uni Soviet (US, sekarang Rusia). Dalam perkembanganya, dunia ternyata terpolarisasi ke dalam 2 kekuatan global. Bipolarisme global sebutannya, yaitu antara AS dan US. Apalagi ketika Eropa harus dipecah menjadi 2 bagian 'milik' AS dan US.
Sejak itulah juga, berbagai bagian dunia yang tidak dijamah US seolah menjadi 'ladang' pengaruh (sphere of influence) AS. Pengaruh AS tidak sekadar dalam bidang pertahanan dan keamanan, namun di berbagai bidang lain, termasuk sosial, ekonomi, dan budaya.
Orang tidak hanya mengenal AS lewat peralatan militernya, tapi AS juga menjadi pasar bagi berbagai produk negara-negara 'sahabatnya'. AS mau menggelontorkan bantuan keuangan asal negara penerima mau berbaikan dengan AS. Bahkan secara berseloroh pernah disebutkan bahwa salah satu tanda representasi dari kehadiran AS di sebuah negara sosialis-komunis Rusia di masa Gorbachev adalah restoran cepat saji McDonald di Moskow, 1990.
Kepemimpinan global AS paska-Perang Dingin ditopang oleh kemampuan membangun stabilitas hegemonik-nya. Dalam studi-studi Hubungan Internasional, stabilitas hegemonik adalah kemampuan negara untuk membangun stabilitas global berdasarkan perlindungan hegemonik. Kata hegemonik artinya kemampuan melindungi negara lain secara militer dan non-militer.