Walau ada perubahan dalam stabilitas hegemonik AS, kehadiran dan kepemimpinan negara Paman Sam ini terus berlanjut di berbagai belahan dunia. Sulit untuk menjelaskan berbagai inisitatif kerjasama dan, bahkan, konflik di dunia selama ini tanpa memperhitungkan kepentingan AS.
Dunia tanpa AS memang seolah sulit diterima. Walaupun AS di bawah pemerintahan Presiden Trump telah mengalami kerusakan besar dalam partisipasinya sebagai negara besar, AS tetap memberikan perhatian secukupnya dalam penanganan pandemi. Di tengah pusaran Covid-19, AS tetap menjalankan peran sebagai pemimpin global. Berbagai bantuan kemanusiaan dalam rangka Covid-19 telah dikirimkan Presiden Trump ke berbagai negara, termasuk ke Indonesia.
Di masa pandemi ini, AS juga tetap hadir secara langsung maupun tidak langsung dalam pertikaian di antara beberapa negara. Kehadiran langsung AS di Laut Cina Selatan menjadi daya gentar bagi Cina untuk memaksakan klaimnya atas wilayah itu. AS juga ada secara tidak langsung dalam bentrokan Cina dan India di wilayah perbatasan kedua negara. Di wilayah-wilayah lain, AS masih diperlukan kepemimpinannya, seperti di Timur Tengah dan Eropa.
Sebaliknya, berbagai negara ternyata juga tetap membutuhkan peran global AS. Mereka bahkan mendukung kampanye AS untuk melakukan penyelidikan global kepada Cina mengenai asal-usul virus Corona dari Wuhan. Kampanye global ini untuk menegaskan tuduhan global AS tentang virus Cina bahwa virus Corona berasal dari Cina dan Cina harus bertanggung jawab secara global pula.
Menuju Pelantikan Biden
Sejak Joe Biden terpilih menjadi Presiden AS hingga pelantikannya pada 20 Januari 2021, ada banyak perkembangan penting terjadi di dunia ini.
Pertama, perluasan perdagangan bebas di Asia Pasifik. RCEP sebagai kesepakatan perdagangan bebas di abtara 15 negara di Asia Pasifik. Kesepakatan ini secara langsung meningkatkan hegemoni ekonomi China di kawasan ini. RCEP bahkan diyakini melengkapi penguasaan China terhadap 127 negara melalui inisiatif Belt and Road (BRI) and AIIB.
Kedua, dinamika perdagangan bebas itu dimungkinkan dapat meningkatkan kerjasama semacam dalam kerangka Asia Pasific Economic Cooperation (APEC) dan TPP. Keinginan China bergabung dalam TPP diharapkan dapat memberi pengaruh positif terhadap perdagangan bebas di kawasan ini dan, terutama, terhadap rivalitasnya dengan AS.
Ketiga, perluasan perdagangan bebas melalui RCEP, APEC, dan TPP mencerminkan optimisme dalam kerjasama ekonomi multilateral di tengah persoalan pandemi Covid-19 pada saat ini, sehingga secara potensial diharapkan dapat mengurangi dampak ekonomi dari pandemi.
Keempat, peran dan pengaruh China dalam pandemi Covid-19 dan konflik di Laut China Selatan. Dinamika persoalan pandemi (termasuk penemuan dan distribusi vaksin) dan konflik LCS tidak bisa dilepaskan dari China sebagai negara besar di Asia. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa China tetap memperlihatkan perilaku militeristik di LCS terhadap beberapa negara tanpa kawatir sikap itu mempengaruhi kesepakatan perdagangan bebas RCEP.
Kelima, berbagai perkembangan internasioanal ini akan menentukan kebijakan luar negeri AS di bawah pemerintahan Biden. Faktor perdagangan bebas di Asia Pasifik, pandemi Covid-19, dan stabilitas keamanan di LCS berpotensi menjadi determinan penting dalam mempengaruhi model kepemimpinan apa yang akan dimainkan AS di kawasan ini.Â
Ketiga faktor ini menjadi faktor utama yang secara mendasar membedakan pemerintahan Biden mulai 2021 mendatang dengan pemerintahan Obama ketika Biden menjadi wakil presiden.