Perlawanan berbagai negara terhadap China di kedua masalah itu bahkan menunjukkan persaingan geopolitik lebih luas antara China dan AS. Kedua isu itu bahkan dicurigai sebagai upaya sistematis China untuk meningkatkan hegemoninya di tengah berkurangnya hegemoni AS di kawasan ini.Â
Sementara itu, RCEP justru memberikan kemenangan tak terduga bagi China. Melalui RCEP, 14 negara dan China justru menunjukkan komitmen penuh, termasuk negara-negara yang selama ini menentang atau berbeda pandangan dengan China dalam persoalan LCS, dan pandemi, serta lebih mendukung kepemimpinan AS di kawasan ini.
Tantangan
Delapan, RCEP memiliki tantangan berat, yaitu harus tetap mempertimbangkan struktur ekonomi yang berbeda-beda di antara ke-15 negara anggotanya. Sebelum kesepakatan diambil, India sudah mengundurkan diri dari RCEP. Alasannya adalah kawatir banyak produk China berharga murah membanjiri pasar India. Kekawatiran India ini sangat wajar mengingat salah satu keunggulan produk China dalam harga.Â
Selanjutnya kekawatiran India juga perlu menjadi perhatian Indonesia. Kekawatiran India itu sudah pernah dialami Indonesia sebagai akibat dari perjanjian ASEAN-China Free Trade Agreement  (ACFTA). Melimpahnya produk murah dari China menimbulkan kontroversi domestik, sehingga Indonesia meninjau ulang kesepakatan itu.
Akhirnya
Walaupun merupakan kesepakatan bersama 15 negara dalam kerjasama multilateral dalam perdagangan bebas di Asia Pasifik dan tanpa kehadiran AS, RCEP tidak dapat disangkal lagi merupakan simbol kemenangan besar China dalam membangun hegemoni ekonominya di kawasan ini.
Tanpa kehadiran AS dan tanpa perlawanan dari negara-negara yang menentangnya di isu LCS dan pandemi Covid-19, China tampaknya perlu menerapkan strategi baru agar ke-15 negara itu tetap mempertahankan kesepakatannya di dalam RCEP dan tidak mengikuti jalan India.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H