Menulis adalah proses menuangkan ide atau gagasan yang ada di pikiran dan perasaan ke dalam bentuk tulisan. Di jaman serba-digital ini, cara menulis dan bentuknya telah mengalami digitalisasi. Menulis tidak lagi melulu mencoretkan potlot atau bolpoin di atas secarik kertas.
Sekarang, menulis dilakukan dengan menggunakan media yang terkoneksi ke internet, seperti hp, komputer, laptop, dan sejenisnya. Kegiatan menulis dilakukan dengan cara mengetik di keyboard hp dengan menggunakan aplikasi menulis atau mencatat. Karena terhuhung internet, tulisan itu pun bisa dibuka di perangkat lain dengan aplikasi yang sama.
Ketika semua perangkat itu sudah ada dan komplit, persoalan pun muncul: mau menulis apa? Tema, topik, judul atau isu apa yang mau ditulis? Tanpa perlu ribet berkepanjangan dengan arti atau definisi tentang tema, topik, judul, atau isu, kita langsung saja beranjak pada situasi bahwa niat menulis itu sudah ada di ubun-ubun.
Buktinya: semua 'persenjataan' menulis sudah siap di genggaman tangan. Namun begitu, asal-asalan menulis semua yang ada di pikiran atau perasaan pun ternyata tidak bisa. Lalu, apa yang bisa dilakukan?
Adalah sebuah kenyataan yang tidak bisa dibantah bahwa orang itu berbeda-beda dalam hal kemampuan dan kemauan menulis.
Berdasarkan dua faktor itu bisa dibentuk empat kelompok orang. Pertama, kelompok orang yang mampu menulis, tetapi tidak mau; kedua, kelompok yang mau manulis, tapi tidak mampu; ketiga, kelompok yang mau dan mampu menulis; keempat, kelompok yang tidak mampu dan tidak mau menulis.
Dari keempat kelompok itu, tulisan ini lebih ditujukan kepada kelompok kedua, yaitu orang yang mau menulis, tapi tidak mampu. Salah satu ketidakmampuannya adalah melahirkan ide tulisan. Jadi orang ini tidak memiliki ide untuk menulis, tapi 'kebelet' menulis. Bukan sebaliknya, yaitu orang yang mempunyai banyak ide, namun tidak bisa menulis.
Nah, tulisan ini hadir untuk membantu orang-orang di kelompok kedua. Secara sederhana dan umum, cara paling mudah untuk melahirkan ide itu adalah dengan melihat apa saja yang paling dekat hingga paling jauh dari kita.
Dalam konteks itu, kita mencoba mencari tahu dari mana asal ide untuk menulis. Pertama, ide menulis bisa berasal dari segala sesuatu yang merupakan pengalaman pribadi, minat/hobi, pekerjaan, kegiatan sendiri.
Kedekatan emosional dengan apa yang mau ditulis biasanya akan membuat kita menulis secara mengalir bebas (free flow), tanpa kawatir dengan salah ketik (typo) atau akurasi informasi.
Kedua, ide menulis dapat muncul dari  teman, komunitas, situasi di sekitar kita. Konteks dari ide ini sedikit keluar dari zona pribadi kita, namun kita masih merasa kenal dengan obyek tulisan. Tidak sekedar tahu, tetapi mengenal teman, komunitas, atau lingkungan itu secara personal. Tulisan mengenai kegiatan bersama atau sosial akan menambah deskripsi tulisan berkaitan dengan pelaku, kegiatan, dan tempat.
Ketiga, segala sesuatu yang menjadi pengetahuan kita. Kita mungkin saja memiliki kaitan personal, namun sesuatu itu kita ketahui sebagai hasil dari proses belajar atau bekerja selama ini secara profesional selama bertahun-tahun. Ide ketiga ini biasanya menunjukkan kemampuan penulis berdasarkan pekerjaannya atau keahliannya.
Keempat adalah ide yang berasal dari hal-hal yang sedikit kita ketahui, sehingga kita perlu belajar atau melakukan riset untuk menuliskannya. Ketika menulis dilakukan sebagai upaya sengaja untuk memperdalam pengetahuan, maka upaya pencarian data bisa dilakukan lewat wawancara, observasi, atau studi pustaka di perpustakaan.
Walaupun berdasarkan pengalaman pribadi selama ini, keempat cara itu dapat dipraktekkan secara sederhana dan mudah. Satu hal penting dari keempat cara itu adalah bahwa ide itu sebenarnya berada di sekitar kita. Di dekat kita. Ada kecenderungan: semakin dekat asal ide itu dengan kita (personal engagement), maka biasanya semakin mudah bagi kita untuk menuliskannya.
Justru obyek tulisan yang personal bagi kita akan memudahkan kita untuk mengekspresikan dalam bentuk tulisan disertai dengan nuansa yang menyentuh perasaan. Ide akan lebih mudah terkonversi menjadi tulisan ketika kita semakin mengenal ide tersebut. Dalam situasi seperti itu, tidak ada alasan lagi untuk tidak memiliki ide untuk menulis.
Pada akhirnya, semua ini kembali ke kita sebagai orang yang mau menulis. Sebagai orang yang sudah begitu ingin menulis, tapi tidak punya ide, maka satu-satunya jalan untuk menulis adalah berlatih menulis dengan mempraktekkan cara-cara di atas.Â
Cara mana yang pada akhirnya paling memudahkan melahirkan ide adalah hasil dari latihan menulis terus-menerus. Hingga latihan itu menjadi kebiasaan. Menjadi pola-pola teratur atau rutinitas dalam melahirkan ide-ide untuk menulis.
Semoga bermanfaat dan selamat mencoba. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H