Menulis memerlukan tempat yang nyaman. Nyaman dalam arti bahwa tempat itu mampu menstimulasi atau mendorong penulis berkonsentrasi untuk melakukan proses menulis.Â
Proses itu dimulai sejak memperoleh ide hingga menghasilkan sebuah tulisan. Tulisan ini tidak berandai-andai untuk menulis sebuah karya sastra atau buku khusus yang kandidat best-seller.
Fokus tulisan ini bukan pada hasilnya, namun lebih melihat pada tempat yang mampu menghilangkan rasa malas untuk menulis. Proses menulis ini pun tidak muluk-muluk dalam menghasilkan sebuah tulisan tertentu. Tulisan bisa pendek atau singkat dan sederhana. Yang lebih penting lagi, proses menulis ini adalah 'hasil' dari proses menemukan tempat yang nyaman.
Pada umumnya, ada dua tempat yang biasanya dapat dianggap paling nyaman untuk menulis secara produktif dan kreatif, yaitu tempat yang sepi dan ramai. Setiap orang memiliki preferensi atau pilihan pada salah satu tempat itu. Barangkali ada juga orang yang bisa memperoleh zona nyaman menulis di kedua tempat itu.
Membuat kategori tempat nyaman untuk menulis menjadi dua tempat itu tentu saja mudah. Persoalan muncul ketika kedua macam tempat itu harus dicari bentuk kongkritnya. Katanya the devil is at the detail.
Baiklah, saya mencoba menuliskan beberapa tempat itu. Pertama adalah pandangan umum atau di masyarakat mengenai tempat-tempat yang layak nyaman untuk menulis.
Kedua adalah tempat-tempat nyaman menulis berdasarkan pengalaman saya. Pilihan tempat saya merasa nyaman untuk menulis agak beda dengan kercenderungan umum. Beda bukan asal beda, namun pilihan ini lebih pada kebiasaan selama ini saja.
Pilihan umum yang pertama untuk tempat menulis yang nyaman adalah perpustakaan. Sebagai pilihan pertama, perpustakaan memang tempat belajar, termasuk menulis.Â
Suasana perpustakaan yang hening dengan banyak buku atau referensi bacaan lainnya menjadikannya tempat favorit untuk menulis. Apalagi fasilitas perpustakaan sekarang di beberapa kota cenderung mengakamodasi modernitas, sehingga menjadi tempat menarik untuk membaca dan, semoga, untuk menulis juga.
Pilihan umum kedua adalah kafe atau warung-warung kopi kekinian atau rumah makan cepat saji dengan fasilitas wifi cepat. Yang terakhir ini seolah menjadi jaminan bakal diserbu mahasiswa yang mengerjakan tugas menulis. Semakin lama jam buka, semakin banyak mahasiswa bertahan untuk mengerjakan tugas bersama.
Pilihan umum terakhir adalah kamar atau ruangan khusus, bisa di rumah, kantor, atau working space yang populer sekarang. Berbeda dengan dua tempat sebelumnya, tempat ini biasanya lebih personal.
Sementara itu, pengalaman saya dalam menulis terbentuk oleh kebiasaan selama ini. Pertama adalah di tempat-tempat ramai. Ada kebiasaan merasa nyaman untuk menulis justru ketika berada di keramaian.Â
Konsentrasi lebih mudah terbangun ketika merasa sendiri di tengah keramaian itu. Ada keramaian, tapi sekaligus merasa bisa fokus untuk menulis. Konsekuensinya, hp segera menjadi 'teman' dekat dan mulailah proses menulis.
Kedua adalah di kursi di depan televisi. Apapun acara televisi memudahkan saya membangun 'tempat' yang nyaman untuk menulis. Kebetulan saya membuat tulisan ini pas duduk di ruangan di depan televisi.Â
Di ruang publik di rumah, anak-anak sedang beraktifitas sendiri di sebelah saya. Jadi, saya, anak saya, dan televisi sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Â
Tempat paling nyaman terakhir bagi saya untuk menulis adalah ruangan saya bisa sendirian sambil memakai head-set mendengarkan musik ‘keras’. Ruangan ini biasanya di kantor. Biasanya saya bisa bertahan menulis selama 2-3 jam secara terus-menerus.
Dari kedua kelompok tempat itu, saya tidak bermaksud mengatakan bahwa tempat tertentu lebih atau paling nyaman dalam menghasilkan tulisan ketimbang tempat lain.Â
Semua itu adalah pilihan yang sifatnya pribadi. Pengalaman personal biasanya bisa membangun suasana hati untuk memilih tempat yang paling nyaman untuk menulis.
Selain itu, sekarang ini faktor pandemi Covid-19 dengan protokol kesehatan harus diterapkan secara ketat. Akibatnya, tempat-tempat paling nyaman di luar rumah itu menjadi tidak nyaman lagi didatangi. Work from home memaksa kita menempatkan rumah sebagai tempat paling nyaman untuk menulis.
Namun demikian, kita tetap perlu juga memahami bahwa tempat hanya merupakan salah satu unsur untuk menulis dengan nyaman. Unsur lain bisa meliputi waktu, suasana hati, dan lain sebagainya. Tidak ada rumus atau formula khusus untuk bisa nyaman dalam menulis, termasuk mengenai tempat.
Yang harus dilakukan adalah selalu berusaha menulis kapan pun dan di mana pun anda berada. Menantang diri anda sendiri untuk menulis di tempat yang tidak pernah anda pakai mungkin bisa dicoba dilakukan sebagai bagian dari latihan.
Dengan membiasakan diri menulis nyaman di tempat yang paling nyaman pula, lalu apa lagi yang diperlukan? Satu-satunya yang diperlukan adalah mulailah menulis!
Terima kasih dan salam sehat ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H